Popularitas dan trend desa wisata sebagai objek menarik yang dikunjungi oleh wisatawan domestik atau mancanegara. Hal inimembuat masyarakat selaku pengelola utama berlomba – lomba membentuk desa wisata dengan mempertajam uniqueness dari desa wisata tersebut. Pada akhirnya, uniqueness dari masing – masing desa wisata ini berkembang sesuai dengan berkembangnya zaman. Sehingga muncul jenis – jenis pengembangan desa wisata di Indonesia. Kira – kira apa saja jenis pengembangan desa wisata yang ada di Indonesia?
Baca Lainnya : Mengenal Konsep Desa Wisata
Desa Wisata Digital
Desa wisata digital merupakan desa wisata yang memanfaatkan teknologi digital pada seluruh proses dan value chain bisnis wisata, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan serta meningkatkan daya saing desa wisata. Menurut United Nation Conference on Trade and Development (2004), akses teknologi informasi didapatkan dari berbagai macam bentuk media seperti telepon genggam, GPS, saluran internet, radio, dan kamera digital. Pemanfaatan teknologi informasi dapat meningkatkan standar hidup masyarakat dan membawa perubahan apabila dibarengi dengan peningkatan literasi digital. Masyarakat yang memiliki pengetahuan cukup tentang teknologi informasi akan memanfaatkannya pada berbagai aspek pengembangan wisata, misalnya pemanfaatan internet untuk pengelolaan lingkungan, mencari peluang inovasi, dan pengoptimalan promosi wisata.
Pembangunan desa wisata digital dapat dilakukan dengan penerapan strategi revitalisasi pedesaan dan pembangunan desa pintar (smart village) untuk mencapai digitalisasi desa wisata dan pembangunan berkelanjutan (Zhang & Zhang, 2020). Pengembangan desa wisata digital di Indonesia dapat dimulai dengan menyusun rencana strategis pembangunan desa pintar mencakup dimensi subsistem strategis, subsistem sosial, subsistem ekonomi, subsistem sumber daya dan lingkungan, serta sub sistem informasi. Sebagai contoh desa digital yang ada di Indonesia, yakni Desa Wisata Tinalah, Kelurahan Purwoharjo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Wisata Tinalah mengusung konsep penyatuan alam dan nilai-nilai budaya dengan slogan “Pesona Alam dan Budaya”.

Sumber : Tampilan Aplikasi “Dewi Tinalah”
Desa Wisata Tinalah merupakan pionir desa wisata digital di Indonesia. Digitalisasi Desa Tinalah sudah menjadi fokus sejak tahun 2013. Pengelola Desa Wisata Tinalah memanfaatkan media digital untuk pengelolaan dan promosi desa wisata. Media promosi digital yang digunakan pada awalnya adalah media sosial dan website, namun pada tahun 2020 pihak pengelola telah berhasil berinovasi dan mengembangkan aplikasi bernama “Dewi Tinalah”. Aplikasi “Dewi Tinalah” ini dapat mempermudah wisatawan untuk mengetahui informasi tentang Desa Wisata Tinalah melalui smartphone. Fitur yang terdapat di aplikasi “Dewi Tinalah” meliputi profil desa wisata, agenda terbaru, layanan reservasi, informasi terbaru, digital game, serta e-sertifikat bagi wisatawan yang menggunakan aplikasi tersebut. Aplikasi “Dewi Tinalah” dapat di-download melalui play store atau market store dan kompatibel untuk user Android maupun IOS. Ketersediaan aplikasi ini sangat membantu akses informasi bagi konsumen yang pada akhirnya diharapkan memperkuat positioning Dewi Tinalah di benak konsumen (Winarno & Isnugroho, 2020).
Desa Wisata Bahari
Wisata Bahari merupakan kegiatan wisata alam yang berlangsung di wilayah pesisir dan laut yang meliputi wisata pantai, wisata bentang laut, dan wisata bawah laut. Wisata Bahari yang dikembangkan menggunakan pendekatan potensi lokal dan pemberdayaan masyarakat dapat dikemas menjadi Desa Wisata Bahari. Desa Wisata Bahari atau yang selanjutnya disebut Dewi Bahari merupakan program yang digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam rangka meningkatkan nilai ekonomi serta bentuk perlindungan pada wilayah pesisir dan laut.
Potensi utama daya tarik Wisata Bahari dikelompokkan menjadi potensi wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Selain itu, terdapat beberapa potensi pendukung yang dapat meningkatkan daya saing wisata antara lain ketersediaan fasilitas dasar serta potensi usaha kelautan dan perikanan yang terintegrasi dengan Wisata Bahari.

Contoh pengembangan desa wisata bahari di Indonesia yakni Ekowisata Mangrove Kuale – Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Ekowisata Mangrove Kuale – Sijuk dibangun dan dikelola oleh masyarakat desa sebagai upaya pelestarian hutan bakau (Mangrove). Atraksi yang ditawarkan pada destinasi wisata ini antara lain hamparan hutan mangrove dengan lorong sungai, jembatan kayu panjang untuk menyusuri hutan mangrove, susur sungai menggunakan perahu, dan cerita tradisi masyarakat Desa Sijuk. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di Ekowisata Mangrove Kuale – Sijuk antara lain berpetualang sekitar kawasan hutan mangrove, pengamatan pemandangan, dan edukasi pelestarian hutan mangrove.
Desa Wisata Hijau
Desa Wisata Hijau adalah desa wisata yang mengintegrasikan konsep ekonomi hijau yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial dengan mengurangi risiko ekonomi dan eksploitasi sumber daya yang sudah sangat terbatas. Penggunaan kata “Hijau” mensyaratkan bahwa pengembangan dan pengelolaan kegiatan pariwisata harus dikombinasikan dengan kegiatan pelestarian alam dan budaya dengan menerapkan praktik pariwisata ramah lingkungan. Tujuan utama pengembangan Desa Wisata Hijau adalah untuk mewujudkan pariwisata yang mendukung pembangunan berkelanjutan melalui pelestarian sumber daya, bukan untuk peningkatan ekonomi dalam jangka pendek saja.
Contoh Pengembangan Desa Wisata Hijau di Indonesia: Desa Wisata Hijau Bilebante, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah

Desa Wisata Hijau Bilebante memiliki daya tarik wisata yang erat kaitannya dengan kehidupan perdesaan seperti area persawahan yang luas, budaya masyarakat desa, dan kuliner tradisional yang merupakan produk asli Bilebante. Pada masa awal peresmian, Desa Wisata Hijau Bilebante menawarkan paket bersepeda keliling desa, kelas memasak, dan penginapan. Wisatawan dapat menikmati keindahan desa dengan berbagai pepohonan dan tanaman indah yang masih asri.
Ekowisata
Ekowisata (ecotourism) atau wisata ekologis adalah jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan dan berkaitan erat dengan prinsip konservasi. Ekowisata dapat didefinisikan sebagai perjalanan ke suatu tempat yang masih alami. Wisatawan diajak untuk melakukan aktivitas yang berkaitan dengan alam, melihat kondisi alam dari dekat, menikmati ekosistem yang masih terjaga, sehingga memotivasi mereka untuk mencintai alam (Back to Nature). Selain menjaga kelestarian alam, penyelenggaraan Ekowisata juga menjaga keaslian budaya masyarakat setempat dan menjamin keberpihakan kepada masyarakat.
Contoh Pengembangan Ekowisata di Indonesia: Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul

Desa Wisata Nglanggeran merupakan salah satu desa wisata terbaik di Indonesia dan diakui di kancah internasional. Secara administratif, Desa Wisata Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daya tarik wisata yang ditawarkan di Desa Wisata Nglanggeran antara lain wisata alam, wisata sejarah, situs geologi, budaya, edukasi, dan wisata kuliner. Wisatawan dapat menikmati wisata alam dan geologi dengan melakukan trekkingke Gunung Api Purba, Air Terjun Kedung Kandang, dan Embung Nglanggeran. Gunung Api Purba dengan struktur batuan besar merupakan ikon wisata Desa Nglanggeran yang sudah diakui UNESCO sebagai situs Geopark Global Gunung Sewu