Apa itu Green Building? Setiap tahunnya, isu tentang perubahan iklim global selalu menjadi perhatian dan harus segera ditanggapi dengan serius. Pemanasan global yang menjadi salah satu alasan terjadinya perubahan iklim tentunya juga dikarenakan adanya produksi emisi karbon (CO2) yang semakin meningkat. Penghasil emisi karbon terbanyak salah satunya adalah gedung-gedung bertingkat dengan pendingin ruangan yang menghasilkan gas buangan tersebut. Minimnya ruang terbuka hijau yang seharusnya menjadi pentralisir gas buangan tersebut juga ikut memperparah fenomena ini. Kini, beberapa inovasi juga telah dilakukan untuk menurunkan pemanasan global dan meminimalisir terjadinya perubahan iklim, salah satunya adalah penerapan green building. Lalu, apakah green building itu? Artikel ini akan membahas tentang pengertian, manfaat, serta penerapan green building di Indonesia.
Pengertian Green Building
Bangunan hijau (green building) merupakan istilah yang merujuk pada konsep arsitektur dan kontruksi yang menerapkan prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan pada bangunan. Prinsip ramah lingkungan yang diterapkan yaitu mulai dari perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, sampai pada pembiayaan bangunan. Menurut Partnership for Advancing Technology in Housing, green building diartikan sebagai upaya pengurangan konsumsi energi dari sebuah bangunan. Hal ini bertujuan untuk memperkecil dampak lingkungan demi mendukung kesehatan dan juga produktivitas penghuninya.
Sedangkan menurut World Green Building Council, menyatakan bahwa konsep green building bertujuan untuk mengurangi dampak negatif lingkungan dan mampu memberikan dampak positif bagi sumber daya yang ada. Dalam proses pembangunannya pun harus memaksimalkan sumber daya alam yang ada dan tidak menggunakan bahan bangunan secara berlebihan. Selain itu, setiap komponen bangunan harus saling terhubung dan tidak ada bagian yang dibuat secara sia-sia. Salah satu kriteria dari green building ini adalah penggunaan panel surya sebagai sumber energi sehingga bisa mengurangi pemakaian listrik.
Sejarah dan Perkembangan Green Building
- Tahun 1993, US Green Building Council (USGBC) pertama kali menciptakan istilah green building. Hal ini bertujuan untuk menerapkan aktivitas ramah lingkungan kepada bangunan industri.
- Kemudian pada pertengahan 1990-an, penilaian dan sistem evaluasi pada hal-hal apa saja yang mewakili green building. Penilaian ini dibuat oleh USGBC dengan bantuan keuangan dari Departemen Energi Amerika Serikat.
- Tahun 1998 dan 1999 mulai menerapkan uji sistem evaluasi dan penilaian pertama untuk kontruksi baru dan renovasi besar. Sistem ini dinamakan Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) yang diujikan pada 50 proyek di Amerika Serikat.
- Pada Maret tahun 2000, LEED versi 2.0 mulai diperkenalkan sebagai versi pembaharuan dari versi pertama. Dimana perluasan dari versi 2.0 yang asli sudah ada banyak perubahan besar.
- Tahun 2009, versi terbaru dari LEED yaitu versi 3.0 mulai diluncurkan tepatnya pada tanggal 27 April 2009.
- Sejak tahun 1998, USGBC tumbuh dengan cepat sampai pada tahun 2007 telah memiliki anggota sebanyak 7700 lembaga. Lembaga-lembaga tersebut terdiri dari badan hukum, institusi, dan organisasi pemerintah.
- Canada Green Building Council (CaGBC) didirikan pada tahun 2004 yang saat ini telah memiliki anggota lebih dari 1300 anggota.
- Pada tahun 2007, sekitar 225 proyek mendaftar untuk sertifikasi standar LEED Kanada.
- Sampai pada akhirnya, green building tumbuh cepat di Kanada yang berfokus pada efisiensi energi dan kualitas udara.

Nilai Dasar Green Building
Hal yang merupakan nilai dasar bagi sebuah bangunan yang dapat dikatakan sebagai green building adalah sebagai berikut:
- Bangunan mempunyai desain yang mampu meminimalkan kerusakan pada lahan, habitat, dan ruang hijau. Selain itu, bangunan juga dapat menjaga pengaturan lingkungan pada perkotaan yang kepadatannya lebih tinggi.
- Mempertahankan konservasi dan kualitas air dengan cara mempertahankan siklus air alami yang sudah ada. Hal tersebut juga bisa dilakukan dengan memaksimalkan daur ulang penggunaan air, misalnya dengan memaksimalkan penggunaan air hujan.
- Melakukan optimasi lahan, desain, pemilihan material dan aktif menggunakan pengukur konservasi energi pada bangunan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan dampak yang merugikan pada udara, air, dan sumber daya.
- Mampu meningkatkan kualitas lingkungan ruangan dengan menyediakan jaminan kesehatan, kenyamanan, dan produktivitas ruangan bagi penghuni dan pengunjung bangunan.
- Memaksimalkan penggunaan material daur ulang dan material modern yang lebih efisien.
Baca lainnya:
3 Cara Mengembangkan Strategi Sustainability Perusahaan: Ambisi dan Transisi
5 Faktor Keberhasilan Sustainability
4 Langkah Mewujudkan Strategi ESG dan Sustainability
Standar Green Building
Di negara-negara maju, pihak atau suatu lembaga yang mempunyai green building akan mendapatkan penghargaan, pengurangan pajak, maupun insentif. Karena green building dianggap sebagai representasi bangunan yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan bangunan dengan performa sangat baik. Bangunan dapat dijuluki sebagai bangunan yang berkelanjutan dan termasuk ke dalam green building jika mempunyai syarat-syarat berikut:
1. Memiliki konsep ramah lingkungan dan High Performance Building
Bangunan yang memiliki konsep ramah lingkungan dan high performance building bisa dilihat dari beberapa kaca dibagian dindin bangunan. Fungsi dari kaca ini adalah untuk mengurangi penggunaan elektrisitas pada bangunan dari segi pencahayaan. Jika jendela ditempatkan secara efektif pada dinding yang strategis, maka akan mendapatkan cahaya alami yang lebih banyak. Hal ini akan mengurangi kebutuhan listrik untuk pencahayaan pada siang hari.

Selain itu, penggunaan ventilasi udara yang efektif juga merupakan standar yang harus dipenuhi dari green building. Ventilasi udara digunakan untuk mendapatkan energi alam seperti angin sebagai penyejuk lingkungan. Penempatannya pun juga mempengaruhi banyaknya sirkulasi udara yang masuk ke dalam rumah. Disarankan untuk membuat ventilasi udara sesuai dengan arah mata angin di lokasi green building.
Bahan bangunan juga tidak luput dari perhatian pada saat membangun green building. Umumnya, bahan bangunan yang digunakan untuk bangunan hijau cenderung ramah lingkungan. Misalnya pada lantai menggunakan keramik bermotif kasar untuk mengurangi pantulan panas yang dihasilkan dinding berkaca. Pantulan panas matahari juga dapat direduksi dengan tambahan elemen bangunan lain seperti kolam air yang juga dapat menyejukkan udara.
2. Memiliki Konsep Future Healthy
Tanaman seperti pepohonan dan bunga yang ditanam mengelilingi bangunan mampu membuat iklim udara sekitar menjadi sejuk dan sehat. Selain itu juga mampu lingkungan tampak lebih tenang karena tanaman mampu digunakan sebagai penahan kebisingan. Konsep future healthy juga dapat dilihat dengan adanya green roof yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka untuk kebun vertikal.

Manfaat Penerapan Bangunan Hijau
Kini, masih ada anggapan bahwa konsep green building merujuk pada bangunan mewah yang terlihat asri dan memiliki teknologi tinggi yang tidak memiliki manfaat. Padahal, konsep green building memang benar-benar membawa dampak positif bagi lingkungan maupun mankhluk hidup lain disekitarnya. Berikut adalah contoh manfaat yang bisa diperoleh dari adanya green building, diantaranya:
1. Menghemat Sumber Daya Air
Bangunan yang ramah lingkungan identik dengan penggunaan air yag efisien. Misalnya, menurut SSWM Toolbox penggunaan toilet yang menggunakan sistem vakum yang hanya memerlukan air sebanyak 0,5 L – 1,5 L saja. Hal ini berbeda dengan toilet pada umumnya yang membutuhkan sekitar 6 L air.
2. Mengurangi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Bangunan
Manfaat lain yang didapat adalah mampu mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan bangunan. Green Building yang menggunakan bahan bangunan dengan kualitas terbaik dan ramah lingkungan tentunya akan bertahan lama. Bangunan hijau yang dipasang panel surya juga akan mengurangi penggunaan listrik 10% setiap harinya. Tentunya hal ini berdampak pada pengurangan biaya operasional bulanan pada bangunan.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup
Bangunan yang dibangun menggunakan konsep green building akan membeirkan kenyamanan bagi yang menempatinya. Mengusung konsep ruangan terbuka untuk meningkatkan pencahayaan alami dan penggunaan tanaman hijau untuk meningkatkan kualitas udara tentunya sangat memberikan rasa nyaman bagi penghuninya.
4. Mengurangi Jejak Karbon
Seperti yang dilansir pada Environmental Protection Agency (EPA), bangunan berkontribusi terhadap penambahan sekitar 30% emisi karbon di dunia. Konsep bangunan hijau juga digunakan salah satunya adalah untuk mengurangi emisi karbon dengan memaksimalkan sumber daya yang ada. Namun, perlu adanya ruang hijau vertikal untuk turut mendukung pengurangan emisi karbon tersebut.
Penerapan Green Building di Indonesia
Tren dan penerapan green building di Indonesia sudah tidak asing lagi dan semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring dengan perkembangan tren sustainability. Konsep green building di Indonesia banyak diterapkan pada bangunan kantor, apartemen, dan pusat perbelanjaan. Melansir dari What’s New Indonesia, beberapa bangunan di Indonesia berikut merupakan bangunan yang menerapkan konsep green building, diantaranya:
1. Menara BCA
Bangunan yang berlokasi di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat ini telah mendapatkan sertifikat bangunan hijau terbaik. Sertifikat yang diperoleh gedung pencakar langit dengan tinggi mencapai 230 m ini adalah Greenship EB Platinum dalam kategori tertinggi. Bangunan ini berhasil menerapkan metode efisien untuk menghemat penggunaan air dan energi listrik sehingga bisa mendapatkan sertifikat tersebut.

2. Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum
Gedung ini merupakan gedung resmi pertama milik pemerintah yang berhasil meraih sertifikasi GBCI dalam standar platinum. Konsep green building yang diterapkan bangunan ini adalah sistem daur ulang air, sensor lampu otomatis, hingga pengunaan jendela ukuran besar agar cahaya matahari bisa masuk secara alami. Dengan menerapkan konsep ramah lingkungan, bangunan ini mampu mengurangi penggunaan energi sebesar 44% dan air sebanyak 81%.

3. Sequis Center
Bangunan yang dibangun pada 1980 ini, berhasil direnovasi sehingga menjadikan gedung ini lebih hemat energi. Setelah gedung Sequis Center menerapkan konsep green building, gedung ini mampu menghemat penggunaan energi listrik dan air sebesar 28% dari sebelumnya. Selain itu, bangunan ini menerapkan sistem pengolahan dan daur ulang limbah yang efisien. Sequis Tower juga ditetapkan sebagai satu dari tujuh gedun terbaik dunia kategori Best Tall Office versi Council on Tall Building and Urban Habitat Awards 2022.

4. Alamanda Tower
Konsep green building yang diusung oleh gedung yang terletak di Jakarta Selatan ini mampu melakukan penghematan yang cukup besar dalam proses pembangunannya. Bangunan ini juga telah mendapatkan penghargaan “Greenship Platinum” oleh Green Council Building Indonesia. Alamanda Tower juga dilengkapi dengan sistem ventilasi dan pencahayaan yang baik sehingga mampu mengurangi paparan sinar ultraviolet ke dalam gedung.

5. Pacific Place Mall
Pusat perbelanjaan yang juga menerapkan konsep green building ini mampu menghemat listrik dengan menggunakan sensor lampu dan lampu LED. Selain itu, gedung ini juga mendapatkan sertifikasi dari GBCI karena telah memiliki sistem daur ulang air yang baik.

Kesimpulan
Nah, itulah pembahasan terkait pengertian, sejarah, hingga penerapan green building di Indonesia. Bangunan yang ramah lingkungan merupakan salah satu upaya dan komitmen kita dalam menjaga lingkungan sekitar. Green Building tidak selalu berkaitan dengan bangunan mewah yang asri dengan segala teknologi canggih yang ada didalamnya. Namun, bangunan hijau merupakan bangunan yang memaksimalkan sumber daya yang ada untuk kelestarian lingkungan. Mari wujudkan hunian yang ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian alam dan untuk bumi yang sehat.