Hidrogen dan Amonia kini menjadi sorotan global. Terutama, di tengah kebutuhan energi dunia yang kian meningkat seiring pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perkembangan industri.
Di sisi lain, ketergantungan pada energi fosil membawa konsekuensi serius, seperti emisi gas rumah kaca yang tinggi, perubahan iklim ekstrem, hingga degradasi lingkungan. Sehingga, dunia segera bergerak mencari energi bersih yang dapat menjadi tulang punggung masa depan.
Indonesia sebagai negara dengan potensi energi terbarukan yang melimpah turut mengambil langkah strategis melalui penyusunan Roadmap Hidrogen dan Amonia Nasional (RHAN) sebagai tindak lanjut dari Strategi Hidrogen Nasional (SHN).
Dokumen ini disusun sebagai panduan komprehensif bagi para pemangku kepentingan dalam membangun dan mengembangkan eksosistem Hidrogen dan Amonia yang berkelanjutan di Indonesia.
Selain itu, RHAN juga mencakup target serta rencana aksi pengembangan Hidrogen dan Amonia secara bertahap dalam interval lima tahun hingga tahun 2060 dengan berpedoman pada pilar-pilar dalam SHN.
Hal tersebut menegaskan posisi Hidrogen serta Amonia sebagai energi alternatif yang siap memainkan peran penting dalam mendukung transisi energi menuju target Net Zero Emission 2060.
Mengapa Hidrogen dan Amonia Penting dalam Transisi Energi?
A. Energi Bersih dan Rendah Emisi
Hidrogen adalah sumber energi yang ketika digunakan tidak menghasilkan COâ‚‚. Pembakaran atau konversi dari hidrogen hanya menghasilkan uap air, sehingga aman bagi atmosfer.
Amonia juga memiliki peran penting sebagai media penyimpanan hidrogen, karena sifatnya yang lebih stabil. Sehingga, hidrogen serta amonia dapat berkontribusi besar terhadap upaya menurunkan emisi karbon global.
B. Aplikasi di Berbagai Sektor Strategis
1. Transportasi: Kendaraan berbasis fuel cell hidrogen sudah digunakan di Jepang, Korea, dan Eropa. Teknologi ini bisa mengurangi emisi dari transportasi darat yang selama ini jadi penyumbang emisi terbesar.
2. Industri: Amonia sudah lama digunakan di sektor pupuk, tapi kini dikembangkan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan kapal laut (shipping fuel).
3. Kelistrikan: Hidrogen bisa dimanfaatkan dalam co-firing pada PLTU untuk menurunkan emisi, sementara amonia berpotensi menjadi bahan bakar campuran dalam transisi menuju energi bersih.
C. Hidrogen dan Amonia Mendukung Ketahanan Energi Nasional
Dengan cadangan energi terbarukan (surya, angin, panas bumi, hidrogen) yang sangat besar, Indonesia memiliki peluang menjadi produsen hidrogen hijau. Hidrogen ini dihasilkan melalui elektrolisis air menggunakan listrik dari energi terbarukan. Jika dimaksimalkan, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor energi sekaligus menjadi pemain penting di pasar energi bersih global.
Roadmap Nasional Hidrogen dan Amonia
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama berbagai pemangku kepentingan telah menyusun tahapan pengembangan hidrogen serta amonia yang terbagi dalam beberapa fase:
1. 2025–2030 (Fase Uji Coba & Demonstrasi)
Fokus pada proyek percontohan (pilot project) di sektor transportasi publik, pembangkit listrik, dan industri tertentu. Pada fase ini, Indonesia mulai membangun awareness dan infrastruktur dasar.
2. 2030–2040 (Fase Pengembangan Infrastruktur dan Regulasi)
Mulai ada pembangunan jaringan distribusi, fasilitas penyimpanan, serta standar regulasi nasional. Periode ini juga ditandai dengan peningkatan kapasitas produksi hidrogen hijau serta amonia berbasis energi terbarukan.
3. 2040–2060 (Fase Komersialisasi dan Skala Besar)
Hidrogen serta amonia diproyeksikan menjadi salah satu energi primer nasional. Pada fase ini, keduanya diharapkan mampu menopang sistem energi Indonesia sekaligus berkontribusi signifikan terhadap pencapaian target Net Zero Emission 2060.
Tantangan dan Peluang Hidrogen dan Amonia
Tantangan
1. Biaya Produksi Tinggi: Produksi hidrogen hijau masih memerlukan biaya besar karena teknologi elektrolisis dan infrastruktur belum efisien.
2. Keterbatasan Infrastruktur: Penyimpanan dan distribusi hidrogen serta amonia memerlukan teknologi khusus yang belum banyak tersedia di Indonesia.
3. Aspek Keselamatan: Hidrogen bersifat sangat reaktif, sehingga perlu standar keamanan ketat.
Peluang
1. Potensi Energi Terbarukan Indonesia: Dengan sumber daya energi terbarukan yang melimpah, biaya produksi hidrogen hijau bisa ditekan dalam jangka panjang.
2. Permintaan Global: Negara-negara maju seperti Jepang, Korea, hingga Eropa membuka peluang ekspor besar untuk hidrogen serta amonia.
3. Mendorong Investasi & Inovasi: Perkembangan teknologi dan masuknya investor energi hijau bisa mempercepat adopsi hidrogen dan amonia di Indonesia.
Transisi energi melalui Hidrogen serta Amonia merupakan langkah nyata menuju target Net Zero Emission 2060. Untuk mewujudkan strategi ini, perusahaan memerlukan roadmap yang solid, mulai dari studi kelayakan, inovasi, hingga pelaporan yang transparan.
Olahkarsa siap menjadi mitra strategis perusahaanmu melalui end-to-end corporate sustainability management. Dengan solusi terintegrasi, Olahkarsa mendampingi bisnismu dalam merancang inisiatif energi berkelanjutan, memperkuat ESG performance, dan memastikan setiap langkah selaras dengan tujuan keberlanjutan global, khusunya di sektor energi dan ekonomi hijau.
Hubungi Minno sekarang: http://wa.me/6208112130130
Referensi:
- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. (2025). Peta Jalan Hidrogen dan Amonia Nasional.