Karbon biru memiliki peran strategis dalam mitigasi perubahan iklim. Seperti yang kita ketahui, perubahan iklim adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh umat manusia saat ini. Pemicu utama terjadinya perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca dari berbagai aktivias manusia yang menumpuk di atmosfer bumi. Efek gas rumah kaca ini akan menimbulkan naiknya suhu permukaan bumi, dan pada akhirnya memicu terjadinya perubahan iklim.
Baca Juga: Ancaman Nyata Krisis Iklim Bagi Keberlanjutan Bisnis
Salah satu gas rumah kaca pemicu terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim adalah karbon dioksida (CO2). Maka cara paling efektif menghadapi krisis iklim ini adalah mencari cara untuk mengurangi emisi CO2 serta mengambil CO2 yang telah ada di atmosfer melalui proses penyerapan atau penimbunan, dikenal sebagai “penyimpanan karbon”. Salah satu penyerap dan penyimpan karbon dikosida paling efektif adalah adalah Kabon Biru.
Apa Itu Karbon Biru?
Karbon biru adalah sebutan bagi karbon yang diserap, disimpan, dan dilepaskan oleh ekosistem laut. Dinamai karbon biru sebab karbon ini terbentuk di bawah air laut yang pada umumnya berwarna biru.
Ekosistem laut pesisir memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menangkap dan menyimpan karbon dari atmosfer. Mereka bisa menyerap CO2 melalui proses fotosintesis dan menimbunnya dalam jaringan tumbuhan dan tanah.
Ekosistem Karbon Biru
1. Hutan Mangrove
Mangrove adalah salah satu komponen utama dalam pembentukan karbon biru. Mereka akan akan menyerap karbon dioksida yang ada di atmosfer melalui proses fotosintesis, lalu menyimpannya ke dalam tanah melalui jaringan akar. Mangrove adalah penyerap karbon yang sangat efektif, setiap hektar hutan mangrove dapat menyimpan hingga berkali-kali lipat lebih banyak karbon dibanding hutan yang ada di daratan.
Selain menjadi penyerap karbon, mangrove juga menawarkan berbagai manfaat bagi manusia dan lingkungan di antaranya adalah sebagai benteng alami terjangan badai gelombang laut, pencegah abrasi, tempat berlindung bagi berbagai jenis flora dan fauna, dan masih banyak lagi.
2. Padang Lamun
Padang Lamun adalah hamparan padang rumput atau tumbuh yang hidup di bawah perairain laut yang dangkal. Lamun memiliki akar, batang, dan daun layaknya tumbuhan darat, namun mereka hidup dan tumbuh di bawah air. Ekosistem padang lamun memiliki peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut dan menyediakan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia.
Manfaat penting dari padang lamun adalah sebagai penyimpan karbon biru. Lamun memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida selama proses fotosintesis dan kemudian menyimpannya dalam jaringan tubuhnya, termasuk akarnya yang panjang. Selain itu, lamun menjadi tempat pemijahan dan pembesaran berbagai spesies ikan, penyaring material pada air laut, serta sumber makanan mamalia dan berbagai jenis ikan
3. Terumbu Karang
Selain keindahannya yang memanjakan mata, siapa sangka jika terumbu terumbu karang ternyata memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon. Ia akan menyimpan karbon dalam bentuk karbonat kalsium yang membentuk struktur karang.
Penyerapan karbon dioksida ini dilakukan oleh tumbuhan alga zooxanthella dalam tubuh koral. Alga ini melakukan fotosintesis, mengambil karbon dioksida dari air laut dan mengubahnya menjadi karbohidrat. Sebagian karbon yang diserap oleh alga ini akan disimpan dalam jaringan karang.
Karang juga memiliki kemampuan untuk mengendapkan karbon dioksida dalam bentuk kalsium karbonat (CO3) yang membentuk kerangka karang. Proses ini melibatkan pengambilan ion karbonat (CO32-) dari air laut dan penggabungannya dengan ion kalsium (Ca2+) yang dihasilkan oleh alga zooxanthellae. Hasilnya adalah pembentukan kerangka karang yang mengandung karbon.
Karbon yang disimpan dalam kerangka karang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Ketika karang mati atau rusak, serpihan-serpihan karang akan jatuh ke dasar laut dan menjadi bagian dari sedimen dasar laut. Karbon yang terkandung dalam sedimen karang ini dapat tersimpan dalam waktu yang sangat lama, yang pada akhirnya membantu mengurangi konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer.
Ancaman Terhadap Karbon Biru
Sayangnya, ekosistem penyimpan karbon biru yakni hutan mangrove, padang lamun, dan terumbu karang tengah menghadapi ancaman serius akibat aktivitas manusia. Penebangan ilegal, perambahan wilayah pesisir dan pencemaran laut adalah beberapa masalah yang mengancam keberlanjutan karbon biru.
Apabila ekosistem pesisir ini rusak atau hilang, karbon yang telah disimpan dalam tanah dan jaringan tumbuhan dapat terlepas kembali ke atmosfer, dan berpotensi memperburuk krisis iklim. Maka dari itu perlu peran serta berbagai pihak untuk menjaga kelestarian karbon biru ini sebagai langkah mitigasi perubahan iklim,
Peran Dunia Bisnis Dalam Menjaga Karbon Biru
Salah satu pihak yang memiliki peranan penting dalam pelestarian ekosistem karbon biru ini adalah dunia bisnis. Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh entitas bisnis untuk mendukung kelestarian ekosistem karbon biru ini di antaranya sebagai berikut
1. Investasi Proyek Karbon Biru
Bisnis dapat berinvestasi dalam proyek-proyek yang bertujuan untuk melestarikan dan memulihkan ekosistem karbon biru, seperti proyek restorasi terumbu karang atau hutan mangrove. Mengapa disebut sebagai investasi? sebab manfaat dari upaya-upaya restorasi tersebut akan kembali kepada perusahaan sendiri.
Entitas bisnis merupakan salah satu pihak yang akan mengalami kerugian apabila krisis iklim benar-benar semakin parah. maka mau tidak mau entitas bisnis harus berperan aktif untuk mencegah terjadinya krisis iklim ini semakin parah demi keberlanjutan bisnis itu sendiri. salah satunya yakni dengan berinvestasi dalam proyek pelestarian karbon biru.
Investasi tersebut dapat dilakukan melalui program-program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pelestarian lingkungan khususnya yang berada di wilayah pesisir seperti penanaman mangrove, terumbu karang, dan pelestarian padang lamun.
2. Menerapkan Praktik Bisnis Berkelanjutan
Selain upaya-upaya kepada pihak eksternal perusahaan, entitas bisnis juga harus melakukan upaya-upaya kepada internal perusahaan sendiri. Entitas bisnis harus mengadopsi praktik bisnis berkelanjutan yang memperhatikan dampak lingkungan dari kegiatan bisnis mereka. Upaya ini bisa dilakukan melalui penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan, pengelolaan limbah, dan pengembangan produk yang lebih ramah lingkungan. Upaya ini diharapkan dapat mencegah rusaknya kawasan pesisir sebagai penyangga ekosistem karbon biru
3. Mendorong Keterlibatan Masyarakat
Entitas bisnis tentu memiliki keterbatasan. Ia tidak bisa terus menerus berada di lokasi konservasi ekosistem karbon biru. Maka entitas bisnis perlu untuk mendorong keterlibatan masyarakat secara aktif untuk menjaga dan melestarikan ekosistem karbon biru. Sebab masyarakatlah yang setiap saat berada di wilayah ekososistem karbon biru serta lebih mengetahui kondisi lingkungan.
Baca Juga: Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Program CSR
Kesimpulan
Untuk menjaga dan meningkatkan peran karbon biru dalam mengurangi emisi CO2, konservasi dan restorasi ekosistem pesisir menjadi sangat penting. Upaya kolaboratif antara masyarakat, entitas bisnis dan pemerintah harus ditingkatkan untuk melindungi wilayah pesisir yang berharga ini. Inisiatif pemulihan hutan mangrove, penanaman kembali padang lamun, dan konservasi terumbu karang harus didukung secara aktif.
Referensi
Putri, Ayunda Annisa. Ekosistem Pesisir Sebagai Penghasil Karbon Biru. (2022). Journal of Enviromental Policy and Technology. Vol. 1, No. 1. Hal. 13-29
Sulistiana, Susi. (2018). Potensi Mangrove Sebagai Karbon Biru Indonesia Bagi Pembangunan Berkelanjutan. Proseding Seminar Nasional FMIPA Universitas Terbuka: Peran Matematika, Sains, dan Teknologi dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/SDGs.
WWF Report 2013. Karbon Biru: Sebuah Terobosan Baru Untuk Mengurangi Sampak Perubahan Iklim Melalui Konservasi dan Pelestarian Ekosistem Pesisir di Kawan Coral Triangle.