Self help dan technical assistance adalah konsep pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diterapkan pada Program CSR. Pemberdayaan masyarakat sendiri merupakan sebuah upaya pemberian daya atau kekuatan kepada masyarakat yang lemah dan tidak berdaya.
Namun tahukan kamu, meskipun berasal dari konsep yang sama, ternyata dalam perkembangannya di lapangan pemberdayaan masyarakat telah menunjukan variasi tema gerak dan pendekatan yang digunakan. Lalu ada pendekatan apa saja?
Pendekatan Technical Assistance
Technical assistance dapat diartikan sebagai pembekalan oleh pihak luar berupa program, aktivitas dan pelayanan yang bertujuan untuk menguatkan kapasitas masyarakat agar dapat memperbaiki kehidupan mereka. Internalisasi keahlian oleh pihak luar adalah ciri utama dari pendekatan ini untuk membantu masyarakat melalui kegiatan terencana yang terkait dengan kebutuhan atau permasalahan masyarakat sasaran program.
Dengan adanya bantuan dari pihak luar tersebut, diharapkan dapat memberikan efek pada perbaikan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan secara tidak langsung dapat memperbaiki pola kerjasama, pengambilan keputusan, dan daya organisir diri dalam masyarakat. Berdasarkan pendekatan ini, masyarakat hanya akan dapat “digerakkan” jika ada bantuan dari pihak luar.
Baca Juga: Stategi Komunikasi CSR Wilayah Pedesaan
Technical assistance melibatkan transfer pengetahuan dan keterampilan praktis kepada masyarakat. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan, lokakarya, mentoring, atau konsultasi langsung. Pengetahuan dan keterampilan ini mencakup bidang-bidang seperti pengembangan organisasi, perencanaan strategis, manajemen keuangan, pemasaran, pemecahan masalah, dan penguasaan teknologi.
Pendekatan technical assistance tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga mendukung implementasi dan penerapan praktisnya. Ini dilakukan melalui pendampingan aktif dalam menghadapi tantangan, merancang strategi, mengembangkan rencana tindakan, dan mengukur progres. Dukungan praktis dapat mencakup bantuan dalam merancang program, membangun sistem, proposal, atau mengatasi kendala yang muncul.
Istilah pendekatan technical assistance selaras dengan pendekatan direktif bahwa dalam pendekatan ini penyedia program tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Peran penyedia program bersifat lebih dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya lebih banyak berasal dari penyedia program. Penyedia program menetapkan apa yang baik dan buruk bagi masyarakat, cara-cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Technical Assistance
Pendekatan ini memiliki kelebihan dibanding pendekatan self-help yakni perubahan yang tercipta akan terjadi sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh dominannya intervensi dari pemberi bantuan berupa desain dan perencanaan program dan sumber daya lainnya.
Namun di sisi lain yang harus diwaspadai dibalik keunggulan tersebut adalah besarnya potensi ketergantungan yang akan terjadi akibat dominannya intervensi tersebut. Juga karena konsekuensi dari pendekatan technical assistance yang pada umumnya minim melibatkan masyarakat sasaran dalam prosesnya.
Partisipasi masyarakat terbatas dalam bentuk keikutsertaannya dalam merespon dan memanfaatkan berbagai pelayanan. Sedangkan dalam proses perencanaan, partisipasi dimungkinkan hanya sekedar memberikan data dan informasi sebagai bahan analisis perencana guna merumuskan program.
Pendekatan Self Help
Self-help adalah pendekatan yang mendorong masyarakat untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada dalam internal mereka sendiri guna mencapai perubahan yang diinginkan. Pendekatan ini bertujuan untuk membangun kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Dalam pendekatan self-help, masyarakat dianggap sebagai subjek utama dalam program. Mereka diarahkan untuk mengembangkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal mereka. Pendekatan self-selp ini berupaya mendorong individu dan komunitas untuk mengambil peran aktif dalam memperbaiki kondisi kehidupan mereka sendiri.
Partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci dalam pendekatan self-help. Masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan melakukan pengawasan (monitoring dan evaluasi) program yang dijalankan. Partisipasi ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki kontrol atas proses program dan menghasilkan solusi yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga: Pentingnya Partisipasi Masyarakat dalam Program CSR
Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Self Help
Tidak seperti technical asistance, pendekatan ini umumnya dianggap sebagai pendekatan yang membangun dan meningkatkan kapasitas masyarakat sehingga tidak menghasilkan ketergantungan. Peran pihak ekternal sendiri adalah sebagai fasilitator, yang bertugas untuk merangsang partisipasi dan kehendak masyarakat untuk bergerak. Fasilitator ini akan melibatkan masyarakat untuk mengidentifikasi aset dan sumber daya daripada kebutuhan. Aset ini kemudian dimobilisasi untuk mengatasi permasalahan komunitas.
Salah satu kekurangan dari pendekatan Self help ini adalah prosesnya yang panjang dan cenderung lambat dalam menciptakan perubahan. Akhirnya, pendekatan ini akan sangat bergantung pada pemimpin lokal yang efektif untuk memfasilitasi program tersebut ketika pemberi bantuan telah selesai. Jika tidak ada pemimpin lokal pada suatu masyarakat atau jika modal sosial masyarakatnya lemah, pendekatan ini tidak akan berhasil.
Perbedaan Technical Assistance dan Self-Help
Memilih Pendekatan yang Tepat Untuk Program CSR
Antara pendekatan self-help dan technical assistance tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka bagi perusahaan yang hendak mengimplementasikan program, harus pandai memilih pendekatan yang tepat agar program berjalan dengan baik.
beberapa hal yang harus diperhatikan di antaranya adalah kondisi modal sosial masyarakat. Apabila masyarakat memiliki modal sosial yang rendah, dalam artian solidaritas sosialnya rendah, tingkat kepercayaan antar masyarakatnya juga rendah, serta nilai-nilai dan norma yang mengikat masyrakat juga tidak terlalu ketat, maka pendekatan yang lebih cocok adalah pendekatan technical assistance untuk mendukung keberhasilan program. Namun sebaliknya, apabila modal sosial di masyrakat tersebut tinggi, pendekatan self-help alangkah baiknya digunakan.
Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah keberadaan pemimpin lokal yang berpengaruh di masyarakat. Apabila terdapat aktor lokal yang berpengaruh bagi masyarakat, yang mana ia bisa menjadi penggerak masyarakat serta ia sendiri memiliki antusiasme terhadap program, maka ini bisa menjadi kesempatan untuk menerapkan pendekatan self-help.
Namun apabila pada suatu masyarakat tersebut tidak memiliki aktor lokal berpengaruh yang antusias terhadap program, disarankan menggunakan pendekatan technical assistance untuk mendukung keberhasilan program.
Kesimpulan
Bagi perusahaan yang hendak mengimplementasikan program CSR haruslah pandai memilih pendekatan yang tepat agar program berjalan dengan baik. Sebelum melaksanakan program, perusahaan harus benar-benar melakukan riset yang mendalam untuk mengetahui kondisi masyarakat dari berbagai aspek guna menjadi dasar dalam menentukan pendekatan yang hendak digunakan.
Referensi
Robinson, Jery W., Introduction to Community Development: Theory, Practice, and Sevice-Learning (California: Sage Publication, 2011)
Soetomo, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006)