Banjir yang melanda Bali baru-baru ini menjadi peringatan keras bahwa ancaman hidrometeorologi semakin nyata. Fenomena gelombang ekuatorial Rossby, intensitas curah hujan tinggi, hingga keterbatasan infrastruktur drainase memiliki andil dalam terjadinya banjir di Bali. Namun, faktor lain yang tidak kalah penting adalah alih fungsi lahan dan tata ruang yang tidak sesuai.
Alih fungsi lahan yang tidak terkendali ini membuat kemampuan tanah untuk menyerap air berkurang drastis. Inilah titik di mana desain bangunan, khususnya penerapan konsep green building sebagai mitigasi dapat menjadi countermeasure penting untuk mengurangi dampak banjir.
Green Building Mitigasi Banjir sebagai Solusi Alih Fungsi Lahan
1. Tepat Guna Lahan dalam Green Building Mitigasi Banjir
Alih fungsi lahan dapat mengubah wilayah yang awalnya tertutup berbagai tumbuhan menjadi beton atau bangunan. Green building justru mengembalikan lahan yang telah tertutup bangunan menjadi fungsi hidrologis melalui:
- Zona resapan air, taman, atau green open space.
- Membatasi site coverage agar tidak semua lahan tertutup bangunan.
Langkah ini membantu menjaga keseimbangan hidrologis yang hilang akibat pembangunan berlebih. Sehingga dapat menciptakan keseimbangan antara lahan terbuka dan tertutup.
2. Konservasi Air dengan Sumur Resapan dan Rainwater Harvesting
Green building mendorong penerapan instalasi yang mampu mengelola air hujan, seperti:
- Sumur resapan & rainwater harvesting.
- Kolam retensi & bioswale.
- Sistem drainase berkelanjutan (SUDS).
Melalui instalasi yang mampu mengelola air hujan dapat mengurangi beban sistem drainase kota yang makin berat karena minimnya lahan terbuka.
3. Green Building dan Pengelolaan Lingkungan Bangunan
Dalam penerapan green building sebagai mitigasi banjir, jika hanya berfokus terhadap konstruksi saja tidak cukup, melainkan pengelolaan juga penting. Green building menekankan pada:
- Rencana operasi & pemeliharaan drainase gedung.
- Monitoring air hujan & limbah.
- Koordinasi dengan pengelolaan lingkungan sekitar.
Melalui penerapan yang berfokus pada pengelolaan bangunan, bisnis dapat memanfaatkan lahan, tapi dengan tanggung jawab lingkungan dalam pengendalian banjir.
4. Material & Desain Adaptif Bangunan Hijau
Mitigasi juga bisa dilakukan lewat pemilihan material dan desain yang aplikatif dalam green building, seperti:
- Material tahan air untuk struktur bangunan.
- Desain lantai dasar lebih tinggi dari muka tanah.
Sehingga, meskipun alih fungsi lahan meningkatkan risiko banjir, desain adaptif mengurangi potensi kerugian ekonomi maupun operasional.
Green Building sebagai Investasi Berkelanjutan
Banjir bisa menyebabkan kerugian besar, berupa aset rusak, kegiatan operasional terhenti, hingga reputasi perusahaan menurun. Penerapan prinsip green building merupakan sebuah strategi bisnis berkelanjutan. Dengan desain yang adaptif terhadap banjir, perusahaan dapat mengurangi kerugian ketika terjadi banjir, meliputi:
- Menekan risiko kerugian ekonomi dan downtime operasional.
- Menunjukkan komitmen ESG (Environmental, Social, Governance) kepada stakeholder.
- Memperkuat lisensi sosial untuk beroperasi di wilayah rawan banjir.
Menerapkan konsep green building tidak hanya berfokus untuk menghadapi risiko banjir, tetapi juga bagian penting dari strategi corporate sustainability. Dengan perencanaan berbasis kajian lingkungan, perusahaan dapat membangun infrastruktur yang lebih adaptif, ramah lingkungan, sekaligus memberi nilai tambah bagi masyarakat sekitar.
Olahkarsa sebagai pionir sustainable business di Indonesia siap mendampingi perusahaan melalui pendekatan sustainability consulting yang komprehensif. Mulai dari analisis risiko, perencanaan desain ramah lingkungan, hingga pengelolaan proyek yang terintegrasi, semua diarahkan untuk memperkuat sustainability management perusahaan.
Dengan menghadirkan sustainability initiatives yang berbasis riset, Olahkarsa membantu perusahaan memastikan bahwa pembangunan green building tidak hanya berfungsi sebagai mitigasi banjir, namun dapat menciptakan dampak positif yang dapat diukur melalui Social Return on Investment (SROI). Bersama Olahkarsa, transformasi infrastruktur hijau menjadi strategi berkelanjutan dapat terwujud secara efektif.
Hubungi Minno sekarang di 0811 2130 130
Referensi:
- Antara. (2025). Penyebab & dampak banjir ekstrem di Denpasar Bali 10 September 2025.
- Mongabay. (2025). Lingkungan Rusak, Bagaimana Skenario Mitigasi Bencana Bali?
- Journal of Water Management Modeling. (2024). Urban Flood Mitigation by Implementing LIDs (Case Study: Bendung Watershed in Palembang City).
- MDPI. (2023). Green Infrastructure for Urban Flood Resilience: A Review of Recent Literature on Bibliometrics, Methodologies, and Typologies.
- Research Gate. (2022). Sustainable Urban Drainage System (SUDS) as Nature Based Solutions Approach for Flood Risk Management in High-Density Urban Settlement.