Pasar karbon Indonesia kini menjadi sorotan, setelah melakukan MRA (Mutual Recognition Agreement) dalam skema karbon internasional. Hal ini semakin di dukung dengan adanya transisi menuju ekonomi rendah karbon yang menuntut negara dan perusahaan untuk berinovasi dalam mengurangi emisi.
Salah satu instrumen yang kini menjadi sorotan global adalah pasar karbon, yang memungkinkan pelaku usaha mendapatkan insentif dari setiap aksi pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Indonesia sebagai negara dengan potensi alam besar dan ambisi iklim yang tinggi, tidak tinggal diam. Baru-baru ini, Indonesia menandatangani Mutual Recognition Agreement (MRA) dengan dua lembaga internasional, Plan Vivo dan Global Carbon Council.
Langkah ini menandai babak baru bagi keterlibatan Indonesia di pasar karbon global, sekaligus membuka peluang lebih besar bagi dunia usaha untuk masuk ke ranah internasional.
Apa Itu MRA Pasar Karbon Indonesia dan Mengapa Penting?
Mutual Recognition Agreement (MRA) adalah bentuk perjanjian dua negara atau lebih dalam skema karbon internasional. Dalam artian, jika sebuah proyek karbon sudah terverifikasi oleh satu skema, kredit karbon yang dihasilkannya juga dapat diakui oleh skema lain.
Bagi Indonesia, MRA menjadi strategis, disebabkan:
- Meningkatkan kredibilitas: Proyek karbon domestik diakui secara internasional.
- Memperluas pasar: Kredit karbon bisa diperdagangkan lintas negara tanpa harus mengulang verifikasi dari nol.
- Mempercepat transaksi: Mengurangi hambatan teknis dalam perdagangan karbon lintas skema.
MRA Indonesia dengan Plan Vivo dan Global Carbon Council
Perjanjian terbaru Indonesia mencakup dua skema karbon besar dunia.
1. Plan Vivo dalam MRA Pasar Karbon Indonesia
- Fokus pada nature-based solution (NBS) seperti restorasi hutan, agroforestry, dan konservasi.
- Memberikan akses khusus bagi petani kecil dan masyarakat adat untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari proyek karbon.
- Sangat relevan dengan konteks Indonesia yang memiliki jutaan hektar lahan hutan sosial dan perhutanan rakyat.
2. Global Carbon Council (GCC) dalam MRA Pasar Karbon Indonesia
- Salah satu skema dengan pangsa besar di pasar karbon internasional.
- Banyak digunakan oleh perusahaan multinasional untuk pembelian kredit karbon.
- MRA dengan GCC memberikan akses pasar yang lebih luas bagi kredit karbon Indonesia untuk bersaing di level global.
Sebelum itu, Indonesia juga telah menggandeng Verra dan Gold Standard, dua lembaga sertifikasi yang sudah lama dikenal di pasar karbon global. Dengan bertambahnya daftar MRA ini, Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam perdagangan karbon.
Relevansi MRA Pasar Karbon Indonesia untuk Dunia Usaha
1. Membuka Akses Lebih Luas ke Voluntary Carbon Market
Dengan bertambahnya MRA, perusahaan Indonesia kini tidak lagi terbatas pada pasar domestik. Kredit karbon dari proyek mereka dapat dijual ke berbagai skema internasional yang lebih beragam dan bernilai tinggi.
2. Fleksibilitas dalam Metodologi
MRA memungkinkan perusahaan menggunakan metodologi yang diakui global, misalnya untuk proyek renewable energy, energy efficiency, atau nature-based solution. Ini membuat proyek lebih kredibel di mata investor dan pembeli karbon internasional.
3. Peluang Besar untuk Kehutanan Sosial
Salah satu dampak penting dari MRA dengan Plan Vivo adalah terbukanya akses bagi program perhutanan sosial untuk memperoleh sertifikat karbon. Sehingga, masyarakat lokal bisa mendapatkan nilai tambah ekonomi sekaligus mendukung konservasi lingkungan.
4. Dukungan untuk Target Net Zero Indonesia
MRA juga memperkuat strategi Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission 2060. Dengan pasar karbon yang semakin terhubung secara global, kontribusi Indonesia dalam penurunan emisi GRK bisa diakui secara internasional, sekaligus menarik lebih banyak investasi hijau.
Tantangan yang Perlu Diperhatikan
Meski membuka peluang besar, MRA juga membawa tantangan bagi bisnis:
- Kesiapan Proyek: Tidak semua proyek siap memenuhi standar internasional.
- Biaya Sertifikasi: Proses sertifikasi dan verifikasi masih relatif mahal.
- Transparansi & Akuntabilitas: Kredibilitas pasar karbon sangat bergantung pada transparansi data emisi dan dampak sosial proyek.
- Kapasitas SDM: Perlu peningkatan kapasitas teknis dan manajerial agar perusahaan lokal dapat bersaing di level global.
Penandatanganan MRA membuka peluang besar bagi perusahaan Indonesia untuk memperluas akses ke pasar karbon internasional sekaligus memperkuat komitmen pada corporate sustainability. Dengan strategi yang tepat, bisnis tidak hanya bisa meningkatkan kredibilitas kredit karbon, tetapi juga menciptakan nilai tambah melalui sustainability initiatives yang berdampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat.
Olahkarsa sebagai pionir ESG Consulting Indonesia hadir untuk mendampingi perusahaan melalui pendekatan sustainability consulting yang komprehensif. Mulai dari perencanaan proyek, tata kelola, hingga pengukuran dampak dengan Social Return on Investment.
Kami juga membantu memperkuat sustainability management agar perusahaan siap memanfaatkan peluang MRA secara efektif. Dengan layanan end-to-end corporate sustainability management, Olahkarsa memastikan setiap langkah bisnismu selaras dengan tujuan ESG dan diakui di tingkat nasional maupun global.
Hubungi Minno sekarang: http://wa.me/6208112130130
Referensi:
- Kementerian Lingkungan Hidup. (2025). Indonesia Teguhkan Kepemimpinan Perdagangan Karbon Global, KLH/BPLH Tanda Tangani MRA dengan GCC dan Plan Vivo Foundation.
- Plan Vivo. (2025). Plan Vivo Signs Mutual Recognition Agreement with Indonesian Government.
- Global Carbon Council. (2025). Global Carbon Council and Republic of Indonesia Sign Mutual Recognition Agreement to Advance High-Integrity Carbon Markets.
- Hijau Bisnis. (2025). RI Gandeng Plan Vivo dan Global Carbon Council Perkuat Perdagangan Karbon.
- Antara Jatim. (2025). Minister urges parties to uphold Indonesia’s carbon integrity.