Carbon footprint atau jejak karbon merupakan istilah sederhana untuk dampak negatif dari emisi yang kita hasilkan. “Ukuran” jejak karbon yang kita hasilkan bergantung pada banyak faktor. Faktor utamanya adalah jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) yang dilepaskan ke atmosfer oleh aktivitas tertentu. Manusia, barang, hingga seluruh industri yang sedang berjalan saat ini memiliki jejak karbon. Jejak karbon kita sebagai manusia mencakup emisi dari berbagai macam sumber, mulai dari transportasi harian, makanan yang kita makan, pakaian yang kita beli, semua yang kita buang,dan banyak lagi.
Untuk menghentikan kerusakan iklim dan menghindari dampak terburuknya, kita setidaknya perlu melakukan dua hal: beralih ke ekonomi rendah karbon dan berkomitmen dalam menjaga alam dan lingkungan.
Apa itu Jejak Karbon?
Menurut Mike Berners-Lee, seorang profesor di Lancaster University di Inggris dan penulis The Carbon Footprint of Everything,
Carbon footprint adalah “jumlah total dari semua emisi gas rumah kaca yang harus terjadi agar suatu produk dapat diproduksi atau untuk melakukan suatu kegiatan”.
Mike Berners-Lee
Bagi sebagian besar masyarakat di negara maju, produk dan aktivitas ini cenderung masuk ke dalam empat kategori utama: penggunaan energi rumah tangga, transportasi, makanan, dan lainnya, yang sebagian besar merupakan produk yang kita beli, mulai dari pakaian, mobil, hingga elektronik.
Jejak karbon perorangan adalah total gabungan dari produk yang mereka beli dan gunakan, aktivitas yang mereka lakukan, dan sebagainya. Seseorang yang secara teratur mengonsumsi daging sapi akan memiliki jejak makanan yang lebih besar daripada temannya yang vegan, tetapi jejak karbon keseluruhan teman orang tersebut mungkin lebih besar jika dia berkendara satu jam untuk bekerja dan kembali dengan mobil setiap hari sementara pemakan daging bersepeda ke kantornya.
Bagaimana Carbon Footprint dapat Menyebabkan Perubahan Iklim?
Karbon dioksida (CO2) menangkap panas yang dipancarkan oleh matahari dan permukaan bumi dan melepaskan panas itu ke atmosfer kita. Saat kita membakar bahan bakar fosil dan menebangi hutan, konsentrasi gas rumah kaca yang tinggi, khususnya karbon dioksida, mengancam peningkatan suhu permukaan bumi rata-rata ini ke tingkat yang tidak dapat ditolerir dan menyebabkan banyak dampak yang mengancam jiwa.
Tingkat karbon dioksida di atmosfer telah meningkat lebih dari 40 persen sejak pertengahan abad ke-18, dan ahli klimatologi memperkirakan bahwa tingkat saat ini sama tingginya dengan yang pernah terjadi dalam 14 juta tahun.
Saat tingkat karbon dioksida terus meningkat, memicu kenaikan suhu lebih lanjut, efeknya termasuk peningkatan pengasaman laut, kenaikan permukaan laut, badai yang lebih sering terjadi, kepunahan spesies massal, kelangkaan pangan, dan ketimpangan ekonomi yang lebih besar.
Cara Hitung Jejak Karbon
Berners-Lee menyebutkan bahwa pengukuran atau perhitungan jejaki karbon itu “penting, tapi tidak mungkin”. Hal ini disebabkan karena sulitnya menghitung jejak karbon yang akurat.
Melansir laman National Geographic, yaitu cara menghitung jejak karbon pribadi untuk penerbangan komersial. Dalam hal ini, perhitungannya mudah. Ambil berapa banyak bahan bakar yang dibakar pesawat dan berapa banyak gas rumah kaca yang dipancarkan selama penerbangan dan bagi dengan jumlah penumpang. Tetapi jejaknya lebih besar untuk penumpang first class dan business, karena mereka mengambil lebih banyak ruang dan karena biayanya yang lebih tinggi. Pertimbangan lain termasuk berapa banyak kargo yang dibawa pesawat, dan ketinggian terbang pesawat.
Contoh lain adalah penghitungan jejak karbon dalam industri otomotif pembuatan mobil. Emisi yang terjadi di pabrik perakitan dapat dihitung melalui pembangkitan listrik untuk menyalakan pabrik itu, pengangkutan bahan bakar, semua item komponen, pabrik tempat pembuatan komponen, pembuatan mesin yang digunakan di pabrik tersebut dan di pabrik perakitan, dan seterusnya, hingga ekstraksi mineral yang menjadi bahan penyusun mobil.
Karena kompleksitas yang terlibat dalam perhitungan tersebut, Berners-Lee mengakui bahwa dalam kasus seperti itu “tidak pernah mungkin untuk benar-benar akurat.”
Untuk itu, dalam beberapa tahun terakhir, banyak kalkulator jejak karbon yang memudahkan kita dalam menghitung pengeluaran emisi. Dengan memasukkan informasi tentang penggunaan energi rumah tangga kita, konsumsi makanan, dan kebiasaan bepergian, misalnya, kalkulator ini bertujuan memberi kita perkiraan jumlah gas rumah kaca yang dipancarkan untuk mendukung gaya hidup.
Jejak Karbon dalam Kehidupan Sehari-hari
Aktivitas manusia yang dapat menimbulkan jejak karbon seperti penggunaan kendaraan, penggunaan energi listrik yang berlebihan hingga konsumsi makanan.
Transportasi: Mobil dan pesawat adalah salah satu penyumbang emisi terbesar. Mengendarai mobil menambah rata-rata 2,4 ton CO2 dalam setahun, tapi satu kali penerbangan pesawat bisa menambah 1,6 ton CO2.
Air Conditioner: AC di rumah kita secara teratur menambah sekitar 1,5 ton CO2 dalam setahun. Itu karena sebagian besar bangunan di sekitar kita masih ditenagai oleh sumber energi “kotor” seperti batu bara dan gas, bukan sumber terbarukan seperti matahari dan angin.
Makanan: Makan daging menambah sekitar 0,8 ton jejak karbon per tahun. Hal ini berbanding lurus dengan energi yang dibutuhkan untuk menanam dan memanen tanaman yang memberi makan ternak.
Cucian: Mencuci dan mengeringkan pakaian bisa menambah sekitar 0,46 ton CO2 selama setahun
Baca Lainnya : Hukum dan Standar ISO LCA (Life Cycle Assessment)
Cara Mengurangi Carbon Footprint
Jejak karbon akan sulit untuk dihilangkan sepenuhnya. Saat ini, yang dapat kita lakukan untuk membantu menyelamatkan bumi adalah dengan melakukan hal-hal kecil yang dapat dimulai dari diri sendiri, sehingga jejak karbon pribadi bisa dikurangi. Ini beberapa caranya.
- Perbanyak makan buah dan sayuran serta kurangi konsumsi daging. Hewan ternak adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca tertinggi.
- Pilih makanan yang diproduksi dan dibudidayakan secara lokal. Makanan yang dikirim dari area yang jauh, bisa sampai ke tempat kita karena menggunakan kendaraan yang menyumbang jejak karbon tinggi.
- Jangan terlalu sering membeli baju baru. Baju yang lama sebaiknya diolah atau disumbangkan kepada orang yang membutuhkan. Limbah baju bekas saat dibiarkan menumpuk akan menghasilkan gas metana yang merupakan gas rumah kaca.
- Saat berbelanja, bawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah plastik
- Belanja seperlunya saja agar tidak banyak yang dibuang saat tidak terpakai dan malah menjadi limbah.
- Matikan lampu saat tidak digunakan
- Batasi penggunaan pendingin ruangan.
- Ganti bola lampu dengan yang hemat energi.
- Lebih memanfaatkan transportasi umum daripada kendaraan pribadi
- Jika memungkinkan, saat pergi naik pesawat, pilih penerbangan tanpa transit untuk menghemat bahan bakar yang digunakan.