Dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2025, Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5% per tahun pada 2024–2026. Namun, untuk mencapai posisi 5 besar ekonomi dunia, dibutuhkan pertumbuhan hingga 8%.
KADIN (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) menyoroti bahwa tantangan global dan domestik masih tinggi. Mulai dari volatilitas pasar, tensi geopolitik, hingga kapasitas produksi yang terbatas. Adaptasi teknologi yang lambat dan penyempitan fiskal juga mempengaruhi ruang pertumbuhan nasional.
Meski begitu, terdapat peluang besar di sektor hijau. Transisi menuju net zero dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 4,3% GDP atau sekitar US$3,8 triliun pada 2050. Inilah alasan mengapa strategi keberlanjutan korporasi menjadi kunci dalam menjaga daya saing nasional.
Peran Sektor Swasta dalam Akselerasi Dekarbonisasi
KADIN memimpin upaya mobilisasi sektor swasta menuju dekarbonisasi berbasis sains. Melalui inisiatif KADIN Net Zero Hub, perusahaan diarahkan untuk menetapkan target emisi berbasis data ilmiah. Program ini memperkuat kapasitas perusahaan dalam mengukur, mengelola, dan melaporkan emisi mereka.
Selain itu, Carbon Knowledge Hub dan ASEAN Alliance on Carbon Markets (AACM) membangun kapasitas teknis untuk memperkuat pasar karbon di ASEAN. Keduanya menjadi wadah penting bagi perusahaan untuk memahami mekanisme perdagangan karbon.
KADIN juga mengembangkan Regenerative Forest Business, sebuah model bisnis kehutanan berkelanjutan yang menyeimbangkan fungsi ekonomi dan ekologi. Inisiatif ini memperkenalkan pendekatan multi-komoditas berbasis prinsip regeneratif.
Langkah-langkah tersebutlah yang menunjukkan bahwa sektor swasta dapat menjadi pelaku bisnis, sekaligus agen perubahan yang mempercepat ekonomi rendah karbon di Indonesia.
Kebijakan Pemerintah dan Fondasi Keberlanjutan Nasional
Pemerintah menegaskan bahwa iklim dan pertumbuhan ekonomi harus berjalan beriringan. Pertumbuhan hijau dianggap sebagai fondasi pembangunan nasional yang tak bisa dipisahkan.
Saat ini, Indonesia memiliki pendekatan berbeda dibanding negara industri maju. Agenda keberlanjutan disusun sesuai dengan kondisi demografi dan kapasitas fiskal nasional. Inilah yang menjadi dasar pembentukan Indonesia International Sustainability Forum (IISF) sebagai ruang kolaborasi lintas sektor.
Fokus kebijakan diarahkan pada tiga aspek utama, yakni pangan, air, dan energi. Ketahanan pangan ditingkatkan melalui food estate, revitalisasi irigasi, dan optimalisasi tata guna lahan. Keamanan air dijaga lewat kebijakan air nasional dan investasi jaringan pipa berskala nasional. Sementara ketahanan energi diperkuat melalui strategi RUPTL dan dekarbonisasi transportasi publik serta industri.
Pemerintah juga menekankan pentingnya industrialisasi rendah emisi melalui penerapan CCUS (Carbon Capture, Utilization, and Storage). Selain itu, dekarbonisasi industri dan elektrifikasi transportasi menjadi dua pilar transisi menuju ekonomi hijau.
Baca juga: Highlight UN General Assembly 2025
Investasi dan Human Capital sebagai Pilar Transformasi
Menteri Investasi dan Hilirisasi menegaskan pentingnya ekosistem investasi yang efisien. Melalui Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2025, proses perizinan usaha kini lebih sederhana dan terukur. Regulasi tersebut memperkenalkan service level agreement untuk memastikan kepastian lisensi bisnis.
Simplifikasi proses juga dilakukan untuk mempercepat workflow lintas instansi. Pemerintah mendorong harmonisasi kebijakan antara kementerian dan lembaga agar investasi hijau lebih inklusif.
Selain investasi, penguatan human capital menjadi faktor penting dalam mendukung transisi hijau. Pemerintah bersama sektor swasta mendorong pengembangan green skills dan digital skills di seluruh sektor industri.
Pendekatan itulah yang memastikan bahwa transformasi keberlanjutan dapat berorientasi pada infrastruktur dan juga pada kapasitas manusia yang mampu mengelola perubahan secara adaptif dan berkelanjutan.
Menuju Corporate Sustainability Strategy yang Terintegrasi
Dari IISF 2025, jelas terlihat bahwa keberlanjutan telah menjadi strategi ekonomi nasional. KADIN, pemerintah, dan sektor swasta berperan bersama mendorong pertumbuhan hijau yang inklusif dan berdaya saing.
Apalagi Corporate Sustainability Strategy kini menjadi fondasi bagi korporasi untuk menjaga nilai jangka panjang di tengah transisi global.
Strategi tersebut mencakup integrasi prinsip ESG, efisiensi sumber daya, dan inovasi dalam tata kelola bisnis. Implementasinya yang efektif juga didukung oleh kolaborasi, pelatihan, dan sistem digital terintegrasi.
Mewujudkan Pertumbuhan Hijau Bersama Olahkarsa
Pertumbuhan ekonomi hijau menuntut strategi keberlanjutan yang sistematis, terukur, dan kolaboratif.
Korporasi perlu membangun strategi berbasis sains, mengukur dampak sosial, dan memperkuat tata kelola ESG.
Olahkarsa sebagai pionir dalam praktik sustainable bisnis yang menyediakan layanan end-to-end corporate sustainability management hadir sebagai mitra strategis dalam perjalanan tersebut. Melalui layanan Sustainability Consulting, ESG Digital Platform, Sustainability Training, hingga Sustainability Management, Olahkarsa membantu bisnis membangun strategi keberlanjutan yang berdampak.
Temukan bagaimana Corporate Sustainability Strategy dapat mendorong masa depan bisnis yang lebih hijau bersama Olahkarsa. Hubungi Minno untuk konsultasi lebih lanjut: 08112130130