Tahukah kamu jika kamu meminum satu gelas kopi saja ternyata kamu telah menghasilkan jejak karbon sebanyak 0,27 kg? Kamu pasti kaget ketika mendengarnya, namun hal ini benar-benar terjadi dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Mari kita simak penjelasannya.
Apakah itu Jejak Karbon?
Jejak karbon atau carbon footprint adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia termasuk saat kamu meminum kopi. Kok bisa kita hanya meminum satu gelas kopi namun karbon yang dihasilkan segitu banyaknya?
Baca Juga: Apa Itu Jejak Karbon dan Cara Menghitungnya
Hal ini karena kopi yang kita minum tidak datang begitu saja. Kopi perlu ditanam, yang artinya butuh lahan dan pupuk. Belum lagi jika kebun kopi letaknya jauh dari tempat tinggal, petani memerlukan kendaraan. Setelah panen, kopi perlu untuk diolah sebelum akhirnya tiba di kedai kopi. Saat menuju kedai pun, kopi perlu diantar menggunakan kendaraan yang juga menghasilkan emisi karbon.
Jadi sudah jelas bukan kenapa satu gelas kopi saja ternyata bisa menghasilkan carbon footprint sebanyak itu.
Jejak Karbon Kopi
Menurut studi peneliti dari Poore & Nemecek pada tahun 2018, kopi yang melalui proses ekspor menghasilkan jejak karbon 26,27 kg karbon dioksida per 1 kg kopi. Ini setara dengan seperempat jejak karbon daging sapi yang menempati peringkat satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia.
Studi lain yang dilakukan oleh (Bernadine, 2022) menunjukan nilai carbon footprint kopi dari mulai penanaman hingga penyajian mencapai 17,72 kg CO2 eq/kg produk.
Jika diasumsikan satu gelas kopi membutuhkan 15 gram atau 0,015 kg kopi, maka jumlah rata-rata jejak karbon yang dihasilkan dari satu gelas kopi tersebut adalah 0,015 x 17,72=0,27 kg CO2 eq /kg produk.
Bayangkan, jika di tahun 2020, konsumsi kopi di Indonesia telah mencapai lebih dari 270.000 kg. Maka besaran carbon footprint yang dihasilkan dari konsumsi kopi ini adalah 4.784.400 kg CO2 eq /kg produk. Jumlah yang sangat besar bukan?
Apakah Bisa Jejak Karbon Kopi Dikurangi?
Tentu saja bisa. Coba kita lihat rantai produksi kopi yang kurang lebih terdiri atas tiga bagian yakni penanaman, pengolahan, dan penyajian. Pada tiga tahapan tersebut, kita bisa memangkas jejak karbon yang dihasilkan dengan opsi-opsi yang lebih ramah lingkungan.
1. Penanaman
Pada fase penanaman, permintaan kopi yang terus naik mendorong pembukaan lahan monokultur untuk kebun kopi. Meskipun monokultur menambah kuantitas panen kopi. Namun pembukaan lahan monokultur menghasilkan jejak karbon lebih banyak.
Dari hasil studi yang telah dilakukan, metode monokultur pada penanaman kopi menghasilkan jejak karbon 5,2 kg CO2 eq /kg produk . Sedangkan penanaman dengan metode polikultur menghasilkan 3,3 kg CO2 eq /kg produk.
Dalam tahap penanaman ini, pupuk kimia yang berlebihan juga menjadi sumber jejak karbon. Dengan mengganti pupuk kimia menjadi pupuk organik, petani bisa memangkas 0,95 kg CO2 eq /kg produk. Selain itu juga dapat menghemat biaya produksi karena tidak membeli pupuk kimia.
Maka dalam tahapan penanaman ini, petani bisa menggunakan teknik polikultur dan penggunaan pupuk organik dalam proses budidaya kopi untuk meminialisir jejak karbon yang dihasilkan.
2. Pengolahan
Secara garis besar proses produksi kopi memiliki tahapan yang hampir sama yaitu pulping, fermentasi, drying, roasting, packaging, grinding, distribution.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, metode pengolahan kopi secara berkelanjutan cenderung menghasilkan nilai jejak karbon yang lebih rendah yakni hanya sebesar 0,44 kg CO2 eq /kg produk. Sedangkan metode konvensional menghasilkan hingga jejak karbon hingga 5.72 kg CO2 eq /kg produk.
Baca Juga: Penurunan Emisi dalam PROPER
Untuk meminimalisir jejak karbon pada tahapan ini, kita bisa bisa menggunakan metode pengolahan dengan prinsip-prinsip berjelanjutan seperti penggunaan energi baru terbarukan, penggunaan teknik pulping dan fermentasi secara tradisional menggunakan sinar matahari, dan meminimalisisr penggunaan mesin dan alat yang mengonsumsi listrik dan bahan bakar.
3. Ekspor/ImporKopi
Hal yang paling genting dalam tahapan kopi adalah jika kopi tersebut harus melalui proses ekspor atau impor kopi antar negara. Faktor utamanya adalah mengantar biji kopi mentah dengan pesawat. Namun jika pesawat diganti dengan kapal kargo, emisi karbon bisa terpangkas secara signifikan, walaupun menambah lama transportasi. Sebab kapal kargo dapat membawa kopi lebih banyak dalam sekali angkut daripada pesawat.
Untuk memaksimalkan kapal kargo, biji kopi juga bisa diroasting terlebih dahulu sebelum diekspor untuk mengurangi berat tetapi mempertahankan volumenya, sehingga untuk volume kopi yang sama kapal kargo memakai bahan bakar lebih sedikit karena mengangkut beban lebih ringan.
4. Penyajian
Saat menyeruput kopi di kedai, jangan dikira kamu nggak ninggalin jejak karbon. Minum kopi di cafe juga ternyata meninggalkan jejak karbon. Mesin kopi otomatis di cafe mengonsumsi listrik enam kali lipat lebih besar dan menghasilkan emisi 60,27 gram per gelas. Sedangkan teknik penyeduhan tradisional menggunakan filter drif hanya menghasilkan 10,04 gram per gelas.
Dari hasil studi yang dilakukan, metode penyeduhan kopi meggunakan mesin espresso menghasilakan jejak karbon sebanyak 6,8 kg CO2 eq /kg produk. Sedangkan metode penyeduhan manual yang tidak memerlukan daya dari listrik, hanya menghasilkan jejak karbon sebanyak 0,5 kg CO2 eq /kg produk.
Untuk lebih mengurangi jejak karbon lagi, kita bisa bikin kopi sendiri di rumah, atau mengganti kemasan frozen plastik menjadi plastik hasil daur ulang serta penggunaan gelas keramik atau kaca, dibanding gelas plastik yang hanya sekali pakai.
Cara-cara tersebut terbukti dapat mengurangi jejak karbon biru yang dihasilkan. Berikut adalah perbandingan jejak karbon kopi menggunakan metode konvensional dan ramah lingkungan.
Cara-cara produksi kopi berkelanjutan tersebut dapat menurunkan emisi karbon secara signifikan. Bahkan dengan mengganti susu sapi menjadi susu kedelai saja kamu sudah berperan dalam mengurangi jejak karbon secangkir kopi.
Kesimpulan
Tak bisa dipungkiri bahwa aktivitas manusia menjadi salah satu kontributor utama dalam menghasilkan emisi karbon. Oleh sebab itu, mengubah gaya hidup diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengurangi jejak karbon. Upaya-upaya kecil seperti pertanian organik, hemat energi, meminimalisir penggunaan peralatan peralatan makan&minum sekali pakai, serta meminimalisir penggunaan peralatan yang mengonsumsi listrik dan bahan bakar apabila dilakukan secara masif tentu akan berdampak besar pada pengurangan jejak karbon.
Referensi
Adiningtyas, Bernadine Auberta. Analisis Jejak Karbon Kopi Dari Penanaman Hingga Penyajian. (2022). Skripsi: Universitas Katolik Soegijapranata
Narasi Newsroom. Berapa Jejak Karbon Dalam Secangkir Kopi?