Olahkarsa hadir kembali dengan webinar bertema Crisis Communication & Corporate Dialog in CSR Program. Narasumber kali ini ada Razie Razak, S.Sos., M.Hum., CIQaR selaku dosen di Telkom University & CEO PT Sikacak Teknologi Indonesia dan Choiria Anggraini, S.I.Kom., M.I.Kom selaku dosen di Telkom University & Komisaris PT Olahkarsa Inovasi Indonesia.
Komunikasi masih menjadi masalah dalam pelaksanaan program CSR, padahal perannya sangat penting. Kegagalan dalam berkomunikasi dapat menimbulkan keadaan krisis sehingga respon terhadap suatu masalah menjadi penting. Oleh karena itu, communication corporate crisis mapping harus dilakukan. Pemetaan ini dapat dimulai dengan memperkirakan tipologi krisis yang mungkin terjadi, seperti bencana alam, kekerasan di tempat kerja, rumor, korupsi, dan lainnya. Lalu, menyadari perusahaan berada pada klaster krisis yang mana, seperti victim, accidental, dan intentional. Biasanya hal ini terbentuk dari media yang menggiring opini publik.
Berdasarkan pemetaan tersebut, strategi merespon krisis yang dapat dilakukan berupa deny, diminish, rebuild strategy, dan secondary respon strategy. Strategi yang dipilih perusahaan dapat lebih dari satu namun yang terpenting tidak bertolak belakang. Pemetaan dan keberhasilan mengatasi krisis ini dapat menciptakan eskalasi kapasitas perusahaan.
Krisis bukanlah aib namun sebuah keniscayaan sehingga kita harus mempersiapkan strateginya sebaik mungkin.
Choiria Anggraini
Dalam memandang CSR juga dapat menggunakan perspektif kehumasan, yang terdiri atas pengetahuan, komunikasi, dan budaya melalui dialog. Strategi komunikasi berdialog pada CSR dapat diwujudkan dengan beberapa hal. Pertama, komunikasi yang dibangun harus partisipatif, dua arah, dan respectful agar pertukaran informasi dapat terwujud. Komunikasi ini harus simetris, kepentingan perusahaan dan publik terakomodasi secara seimbang. Komunikasi yang baik ini dapat dimulai dari internal perusahaan sehingga tumbuh engaging dengan stakeholders dan publik. Lalu, bentuk komunikasi yang dilakukan tidak hanya melalui dialog langsung, tetapi juga CSR Report, media sosial, dan iklan. Konten dalam komunikasi ini mencakup nilai, kepercayaan, motivasi, tujuan, alat ukur, evaluasi, dan isu. Oleh karena itu, komunikasi yang baik ini diharapkan dapat meminimalkan risiko krisis.