Krisis iklim adalah tantangan yang saat ini tengah di hadapi oleh seluruh negara di dunia. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dalam laporannya mengenai situasi iklim terkini pada Senin 20 Maret 2023 menyebutkan bahwa krisis iklim telah terjadi sangat cepat.
Merujuk pada laporan tersebut, emisi karbon yang dihasilkan oleh aktivitas manusia adalah penyebab utama dari krisis iklim. Salah satu upaya pemerintah yakni dengan menerapkan mekanisme kredit karbon atau carbon credit.
Mengenal Kredit Karbon
Kredit karbon (carbon credit) adalah representasi dari ‘hak’ bagi sebuah perusahaan untuk mengeluarkan sejumlah emisi karbon atau gas rumah kaca lainnya dalam proses industrinya. Satu unit kredit karbon setara dengan penurunan emisi 1 ton karbon dioksida (CO2). Upaya pengurangan emisi yang setara ini dilakukan di tempat lain melalui proyek-proyek kredit karbon.
Apabila suatu perusahaan menggunakan kredit lebih sedikit daripada yang dibelinya (menghasilkan lebih sedikit emisi), ia dapat memperdagangkan dan menjual kreditnya kepada pihak lain yang membutuhkan dan ia akan mendapatkan insentif. Namun apabila perusahaan menggunakan lebih banyak melebihi kredit yang dimilikinya, maka ia diwajibkan untuk membeli kredit karbon dari perusahaan lain.
Proses transaksi kredit karbon ini dilakukan melalui Bursa atau Perdagangan Kabon. Insentif yang didapatkan oleh sebuah perusahaan dari perdagangan karbon ini kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan kembali kredit karbon melalui berbagai kegiatan.
Nature Bassed Sollution: Langkah Efektif Menciptakan Kredit Karbon
Salah satu langkah paling efektif untuk menciptakan kredit karbon adalah melalui inisiatif nature-bassed sollution (NBS). NBS adalah sebuah solusi yang memanfaatkan kekuatan alam untuk mengatasi berbagai tantangan lingkungan, sosial, maupun ekonomi.
Baca Juga: Peran Strategis Karbon Biru Dalam Mitigasi Perubahan Iklim
Dalam konteks menciptakan kredit karbon, solusi-solusi ini mencakup berbagai tindakan untuk melindungi, memulihkan, atau mengelola ekosistem yang menjadi penyerap karbon. Seperti kawasan hutan mangrove, hutan lindung, lahan gambut, dan ekosistem penyerap karbon lainnya.
Pentingnya Keterlibatan Masyarakat dalam Proyek Creating Carbon Creadit by Nature Bassed Sollution
Salah satu pihak yang memiliki peran penting untuk mendukung kesuksesan proyek Karbon Kredit melalui Nature-Based Solution adalah masyarakat lokal. Alasan paling sederhana adalah masyarakat lokal lah yang paling tahu kondisi lokasi dan yang paling sering bersinggungan dengan ekosistem penyimpanan karbon (hutan mangrove, hutan lindung, lahan gambut, dll.).
Dalam konteks ini, kolaborasi antara perusahaan dan masyarakat lokal merupakan langkah yang sangat penting. Proyek Kredit Karbon Berbasis Masyarakat menjadi keharusan untuk mendukung keberhasilan.
Dengan adanya keterlibatan aktif dari masyarakat lokal, proyek dapat memanfaatkan pengetahuan lokal yang luas tentang lingkungan dan ekosistem yang ada. Masyarakat lokal dapat menjadi mata dan telinga ekosistem tersebut, memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi. Masyarakat juga dapat membantu dalam pemantauan dan pemeliharaan lingkungan secara berkala.
Keterlibatan masyarakat lokal juga dapat memperkuat rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap lingkungan mereka. Melalui program-program pendidikan dan pelatihan, masyarakat dapat diberdayakan untuk secara aktif terlibat dalam kegiatan konservasi dan rehabilitasi lingkungan.
Skema Community Development dalam Proyek Karbon
1. Menghormati Hak dan Aturan Lokal
Hal pertama yang harus diperhatikan agar masyarakat berpartisipasi dalam proyek karbon adalah menghormati hak dan aturan adat masyarakat setempat. Terutama hak kepemilikan lahan dan norma-norma lainnya. Jangan sampai proyek karbon dilakukan dengan mengklaim lahan masyarakat tanpa izin. Apalagi pada umumnya masyarakat yang tidak memiliki bukti kepemilikan legal seperti hak adat, harus dihormati. Menghindari konflik dan mendapatkan dukungan dari masyarakat adalah kunci untuk menjalankan proyek secara maksimal.
2. Pembentukan Kelompok dan Peningkatan Kapasitas Masyarakat
Pembentukan kelompok menjadi langkah awal untuk melibatkan dan meberdayakan masyarakat dalam proyek karbon. Melalui pembentukan kelompok, masyarakat lokal diberi wadah untuk berkolaborasi, berbagi ide, dan memperkuat solidaritas untuk menjalankan berbagai skema proyek karbon ke depannya. Selain itu, keberadaan kelompok juga menjadi sarana pagi perusahaan untuk berkoordinasi, memantau perkembangan, dan mengidentifikasi berbagai kendala yang muncul.
Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat merupakan aspek krusial dari skema ini. Masyarakat perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan tentang pelestarian lingkungan dan dampak positif yang bisa dihasilkan melalui partisipasi mereka dalam proyek karbon. Pelatihan tentang teknik-teknik pengelolaan hutan yang berkelanjutan, penggunaan teknologi tepat guna, energi terbarukan, atau keterampilan pembuatan produk untuk meningkatkan ekonomi bisa dilakukan untuk meningkatkan penghidupan masyarakat.
3. Perhutanan Sosial
Dalam skema perhutanan sosial, masyarakat dapat mengelola hutan dan menjaga hutan tetap lestari sekaligus mengurangi emisi. Melalui keterlibatan masyarakat dalam skema ini, hutan dapat dijaga dengan lebih efektif dari ancaman deforestasi dan degradasi lahan, yang pada gilirannya membantu mengurangi emisi karbon yang merugikan. Skema ini dapat dilakukan baik pada hutan mangrove, hutan rawa gambut, maupun hutan lindung.
Dalam hal ini, pasar karbon dapat memberikan insentif moneter kepada masyarakat lokal untuk memulai proyek. Proyek perhutanan sosial dapat menjual kredit karbon ke pasar karbon, yang kemudian mengembalikan uang kepada masyarakat lokal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membangun infrastruktur, pendidikan, atau program pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Masyarakat juga diberi kesempatan untuk mengelola dan memanfaatkan hasil hutan guna memenuhi kebutuhan mereka, tentunya dengan cara yang tidak merusak. Sebab, pada umumnya, masyarakat adat di sekitar hutan telah tinggal lama di wilayah tersebut dan hanya mengambil hasil hutan sesuai kebutuhan. Intervensi proyek karbon dilakukan hanya untuk memastikan kelestarian ekosistem penyimpanan karbon dan memperkuat ketahanan terhadap berbagai ancaman seperti kebakaran hutan dan bencana.
4. Ekosistem Karbon untuk Ekowisata
Skema ini mengintegrasikan dua aspek penting yakni pelestarian karbon sebagai upaya mitigasi perubahan iklim, dan pengembangan pariwisata di sekitar area pelestarian karbon sebagai sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat. Masyarakat lokal dilibatkan dalam merancang dan mengelola aktivitas wisata yang ramah lingkungan, seperti trecking, birdwatching, dan tur alam.
Infrastruktur yang mendukung ekowisata, seperti jalan setapak dan pondok-pondok observasi alam, dibangun dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan kelestarian lingkungan. Selain itu peningkatan kapasitas masyarakat lokal untuk mengelola wisata dan mengoptimalkan produk UMKM lokal juga dilakukan untuk mendorong manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Kesimpulan
Dengan berbagai langkah pelibatan masyarakat dalam proyek-proyek karbon di atas, selain mendukung keberhasilan proyek karbon, namun juga dapat menjadi alat dalam pemerataan ekonomi, mengatasi ketimpangan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lapisan bawah.
Namun demikian, perlu diingat bahwa proses keterlibatan masyarakat lokal bukanlah sesuatu yang instan. Diperlukan waktu dan upaya untuk membangun hubungan yang baik dan saling percaya antara perusahaan dan masyarakat. Keterlibatan harus didasarkan pada prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi, dan keadilan, serta harus memperhitungkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat lokal secara menyeluruh.