Ditengah tantangan krisis iklim dan degradasi lingkungan yang kian mendesak, paradigma ekonomi tradisional yang mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam serta mengabaikan dampak lingkungan menjadi tidak relevan dan harus segera bertransformasi. Model ekonomi tradisional atau linear ini menimbulkan berbagai permasalahan seperti emisi karbon dan kerusakan lingkungan. Selain itu, daya tampung dan daya dukung lingkungan terbatas membuat model ekonomi linear tidak berkelanjutan
Salah satu upaya kongkret yang saat ini telah dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia adalah pembangunan rendah karbon melalui penerapan ekonomi sirkular. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam konsep ekonomi sirkular menawarkan solusi yang dapat mengubah cara kita memandang penggunaan sumber daya dan produksi barang.
Lantas bagaimana ekonomi sirkular dan apa saja prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya?
Mengenal Ekonomi Sirkular
Secara sederhana, ekonomi sirkular diartikan sebagai model ekonomi yang melibatkan semua produk dan material yang dirancang untuk dapat digunakan kembali (reused), diproduksi kembali (remanufactured), didaur ulang (recycled) atau diambil kembali manfaatnya (recovered), dan dipertahankan di dalam kegiatan ekonomi selama mungkin.
Baca Juga: Menyelami Dinamika Sejarah dan Pertumbuhan Ekonomi Sirkular
Model ekonomi sirkular didesain untuk menggantikan model ekonomi linear, di mana produk didesain untuk dibuat, dipakai, dan dibuang (prinsip take-make dispose). Model ekonomi linear menjadikan produsen akan terus menerus mengambil sumber daya alam untuk menghasilkan produk baru. Dengan asumsi bahwa sumber daya alam tak terbatas. Dalam ekonomi sirkular, nilai manfaat sebuah produk terus dipertahankan dalam sebuah siklus sehingga dapat memperpanjang masa pakai produk tersebut dan menghemat sumber daya yang ada.
Mengapa Model Ekonomi Sirkular Rendah Karbon dan Hemat Sumber Daya?
Ada beberapa alasan mengapa model ekonomi sirkular disebut sebagai pembangunan ekonomi rendah karbon yang dapat menekan laju pemanasan global dan perubahan iklim, serta hemat sumber daya yang dapat menekan degradasi lingkungan. Hal ini disebabkan oleh praktik sirkular yang dapat mengurangi jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) serta mengoptimalkan sumber daya yang ada melalui:
1. Penurunan Jumlah Limbah yang Terbuang di TPA
Salah satu pemicu terjadinya pemanasan global adalah keberadaan gas metana yang dihasilkan dari sampah dan limbah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Model ekonomi sirkular berupaya mengurangi limbah yang dihasilkan dari sebuah produk dengan cara menggunakan kembali (reuse), mendaur ulang (recycle), atau mengambil kembali manfaatnya (recover). Hal ini akan mengurangi jumlah limbah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
2. Penggunaan Bahan Baku Alternatif yang Lebih Hemat Energi
Model ekonomi sirkular menekankan penggunaan input bahan baku yang terbarukan, material berbasis biologis, energi terbarukan, dan material yang dapat didaur ulang. Misalnya volume penggunaan kayu yang lebih besar dan konstruksi berbasis kayu yang lebih banyak dibandingkan beton. Hal ini menjadikan output yang dihasilkan dari model ekonomi sirkular juga rendah karbon & lebih ramah lingkungan dan tentunya meminimalisir degradasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
3. Memerpanjangan Masa Pakai Sumber Daya
Ekonomi Sirkular berupaya memperpanjang masa pakai sumber daya guna menekan limbah ke TPA. Hal ini dilakukan dengan upaya perbaikan produk yang rusak, pembelian barang bekas pakai yang masih layak, dan pemeliharaan produk secara berkala.
4. Pengurangan Sumber Daya Baru yang Dipakai
Implementasi model ekonomi sirkular berupaya mengurangi penggunaan bahan baku baru yang didapat dari eksploitasi sumber daya alam. Hal ini dilakukan dengan pemulihan sumber daya atau energi yang berasal dari limbah menjadi bahan baku sekunder yang regeneratif.
10 Prinsip Ekonomi Sirkular untuk Mewujudkan Pembangunan Rendah Karbon
Prinsip ekonomi sirkular yang berfokus pada pengurangan konsumsi sumber daya dan material dalam rantai produksi guna mewujudkan pembangunan yang rendah karbon, dirangkum dalam kerangka 9R. Kerangka 9R terdiri dari 10 prinsip ekonomi sirkular yang diurutkan dari 0 s.d. 9, dan terbagi menjadi 3 bagian besar, yaitu (1) membuat dan menggunakan produk dengan lebih cerdas; (2) memperpanjang usia pakai produk; dan (3) mengambil manfaat dari material.
Penomoran 10 prinsip di dalam kerangka 9R tersebut menggambarkan tingkat sirkularitas dalam mendukung ekonomi sirkular, di mana semakin kecil nomor R maka semakin tinggi nilai sirkularitasnya, dan semakin besar nomor R artinya semakin mendekati praktik ekonomi linear.
Membuat dan Menggunakan Produk dengan Lebih Cerdas
1. Refuse (R0)
Prinsip ekonomi sirkular pertama adalah Refuse, yakni membuat suatu produk tidak diperlukan lagi karena produk lain dapat memberikan fungsi yang sama sehingga tidak perlu memproduksi produk baru. Refuse menghindari penggunaan produk yang nantinya berpotensi menjadi sampah. Contohnya, menolak untuk membeli ketika ada penawaran produk yang tidak kita butuhkan atau produk yang dapat merusak lingkungan.
2. Rethink (R1)
Prinsip kedua adalah Rethink yakni menggunakan produk secara lebih intensif. Salah satu contoh penerapan prinsip ini adalah dalam pengelolaan air di Jakarta International Stadium (JIS). Untuk menghemat air, fasilitas-fasilitas seperti wastafel, keran tembok, serta shower memiliki fitur auto-stop. Nantinya air limbah dari fasilitas tersebut akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman dan rumput lapangan, termasuk untuk air untuk flushing toilet.
3. Reduce (R2)
Prinsip ketiga adalah Reduce, yakni meningkatkan efisiensi produksi dengan menggunakan lebih sedikit material. Salah satu contoh penerapan prinsip ini dilakukan oleh Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia. Sejak tahun 2015 hingga 2021, CCEP Indonesia melaksanakan inisiatif lightweighting terhadap desain dan kemasan produk merek-merek di bawah naungan CCEP Indonesia, terutama produk dengan kemasan berbahan plastik (PET). Hal ini dilakukan dengan mengurangi berat plastik virgin pada setiap botolnya sesuai dengan konsep R2 (Reduce).
Memperpanjang Usia Pakai Produk
4. Reuse (R3)
Prinsip keempat adalah Reuse, yakni menggunakan kembali produk yang masih layak pakai untuk mengurangi sampah/limbah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Salah satu perusahaan yang telah menerapkan prinsip ini adalah PT Tirta Investama/Danone Aqua. Perusahaan ini telah menggunakan galon yang bisa diisi ulang oleh konsumen. Praktik ini dapat meminimalisir jumlah sampah plastik yang masuk ke TPA.
5. Repair (R4)
Prinsip kelima adalah Repair, yakni memperbaiki produk yang sudah rusak. Upaya ini bertujuan untuk memperpanjang masa pakai produk sehingga dapat meminimalisir limbah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta mencegah pembuatan produk baru yang menggunakan sumber daya. Salah satu perusahaan yang menerapkan prinsip ini adalah Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF). Perusahaan ini menyediakan jasa perbaikan pesawat terbang yang dapat memperpanjang masa pakai pesawat.
Pada umumnya, hampir setiap perusahaan juga melakukan upaya-upaya perbaikan untuk memperpanjang masa pakai alat-alat produksi yang mereka miliki. Selain untuk meminimalisir sampah dan limbah yang masuk ke lingkungan, upaya perbaikan juga lebih ekonomis daripada membeli yang baru.
6. Refurbish (R5)
Prinsip selanjutnya adalah Refurbish, yakni memulihkan produk, biasanya produk yang sudah lama, agar dapat berfungsi kembali. Salah satu perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan prinsip ini adalah PT Kuku Sejati Dinamika. Bahkan, perusahaan ini menjadikan barang-barang refurbish sebagai inti bisnisnya. Mereka melakukan rekondisi ulang produk-produk lama yang dikirim dari pabrik dan distributor resmi, lalu menjualnya kembali dengan harga di bawah pasar.
Produk-produk tersebut kemudian dibagi ke dalam empat grade/tingkatan sebagai berikut:
- Grade A: Fungsi produk berfungsi 100% dengan kondisi fisik seperti baru.
- Grade B: Fungsi produk berfungsi 100%. Kondisi fisik memiliki tanda-tanda seperti sudah pernah digunakan.
- Grade C: Fungsi produk berfungsi 100%. Kondisi fisik memiliki cacat fisik ringan seperti goresan atau penyok namun tidak mengurangi fungsi produk.
- Grade D: Fungsi produk berfungsi 100%. Kondisi fisik memiliki cacat fisik yang cukup terlihat seperti goresan atau penyok namun tidak mengurangi fungsi produk.
7. Remanufacture (R6)
Prinsip selanjutnya adalah Remanufacture, yakni menggunakan sebagian komponen dari produk lama yang sudah tidak berfungsi untuk digunakan di produk baru dengan fungsi yang sama. Salah satu perusahaan yang telah mengimplementasikan prinsip ini adalah PT Komatsu Remanufacturing Asia. Perusahaan ini bergerak dalam usaha pemanfaatan kembali material penting dari mesin dan bagian-bagian alat berat dengan melakukan remanufaktur dan rekondisi komponen alat berat agar kembali sesuai dengan spesifikasinya.
Dengan langkah ini, PT Komatsu Remanufacturing Asia membantu mengurangi limbah elektronik serta memperpanjang masa pakai peralatan berat, yang pada akhirnya membantu mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya yang menjadi bahan baku pembuatan berbagai komponen tersebut.
8. Repurpose (R7)
Prinsip selanjutnya adalah Repurpose, yakni menggunakan sebagian dari produk lama yang sudah tidak berfungsi untuk digunakan pada produk baru dengan fungsi yang berbeda. Salah satu perusahaan yang telah menerapkan prinsip ini adalah PT Astra Agro Lestari. Perusahaan ini mengolah limbah cair dari kegiatan operasionalnya pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Olahan yang sudah memenuhi standar baku mutu ini kemudian dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair pada lahan perkebunan. Sedangkan limbah padat berupa tandan kosong kelapa sawit dan abu boiler dimanfaatkan untuk mengganti sebagian pupuk kimia di lahan perkebunan.
PT Astra Agro Lestari juga menggunakan bahan bakar biomassa dari limbah proses produksi berupa serabut dan cangkang kelapa sawit. Pemanfaatannya untuk bahan bakar boiler yang menghasilkan uap untuk pembangkit listrik dan untuk kebutuhan proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO). Biomassa ini digunakan di semua pabrik kelapa sawit milik Perseroan Astra Agro Lestari.
Mengambil Manfaat dari Material
9. Recycle (R8)
Prinsip selanjutnya adalah Recycle atau daur ulang, yakni mengolah sebuah material untuk menghasilkan material yang sama (dengan kualitas yang sama atau lebih rendah). Salah satu perusahaan yang telah sukses mengimplementasikan prinsip ini adalah Great Giant Pineapple. GGP berupaya mendaur ulang limbah kulit nanas dan ampas singkong yang merupakan limbah operasional perusahaan, menjadi pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak sapi milik anak perusahaan. Dengan langkah ini, perusahaan tidak hanya meminimalisir limbah yang masuk ke lingkungan, namun juga mendapatkan manfaat ekonomi dari hasil daur ulang tersebut.
10. Recover (R9)
Prinsip ekonomi sirkular terakhir adalah Recover, yakni proses pembakaran material untuk diambil energinya. Salah satu perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan prinsip ini adalah PT Solusi Bangun Indonesia (SBI). PT SBI menggunakan sekam padi dan biji sawit yang tidak terpakai lagi sebagai pengganti batu bara. Inisiatif ini turut mengurangi emisi CO2 yang timbul apabila kedua jenis limbah ini dibiarkan membusuk begitu saja. Pemakaian limbah ini juga ikut menyumbang pendapatan bagi para pengusaha di daerah yang memasok biomassa secara rutin.
PT SBI juga telah mengolah sampah perkotaan melalui teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF) menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Lewat cara ini, PT SBI berhasil mengurangi tumpukan sampah di TPA sembari terus mendapatkan energi alternatif untuk menggerakkan operasional perusahaannya.
Kesimpulan
Implementasi dan manfaat dari penerapan ekonomi sirkular memang tidak sepenuhnya dapat kita rasakan secara langsung. Meski demikian, dalam jangka waktu yang lebih panjang, hasil dari praktik sirkular dapat berimbas pada kehidupan kita dan juga makhluk hidup lainnya, di mana kita dapat menekan emisi gas rumah kaca secara signifikan dan mengurangi degradasi lingkungan, sehingga dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.
Comment