Asset Based Community Development (ABCD) adalah model pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada pemanfaatan aset dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Adapun yang dimaksud dengan aset dalam konteks ini adalah segala potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat dapat menggunakan potensi dan kekuatan yang dimiliki ini sebagai senjata ampuh untuk melakukan program pemberdayaan masyarakat.
Metode ABCD tidak hanya berfokus pada kelompok rentan dan marginal saja, namun juga pada seluruh elemen dalam masyarakat yang memiliki potensi dan kekuatan positif. Metode ini sedikit berbeda dengan metode lain yang pada umumnya lebih memfokuskan pada masalah dan kebutuhan komunitas.
Baca Juga: Community Development (Pengertian, Aspek, dan Tujuannya)
Kunci dari metode ABCD ini adalah pengorganisiran seluruh aset dan kekuatan tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan dan peningkatan taraf hidup masayarakat.
Aset dalam Metode ABCD
1. Aset Manusia
Setiap individu dalam masyarakat tentu terlahir dengan potensi dan keunggulan masing-masing. Kekuatan dan keunggulan yang dimiliki oleh setiap individu ini adalah aset yang berharga dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Aset manusia ini bisa berbentuk keterampilan, pengetahuan, semangat, tenaga, dan lain-lain yang ada dalam seorang individu dalam masyarakat.
Kemampuan dalam diri seorang individu dalam sebuah masyarakat ini menjadi modal dalam melakukan program atau kegiatan yang bermanfaat seperti seseorang yang memiliki kemampuan dalam pertanian organik, maka ia bisa berperan untuk menjadi mentor bagi sesama masyarakatnya. Melalui ABCD, kemampuan dan keunggulan setiap individu tersebut dikonsolidasikan dan diorganisir untuk mengembangkan seluruh masyarakat.
2. Aset Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah aset yang penting dalam penerapan Metode ABCD. Alam yang melingkupi suatu wilayah komunitas mengandung potensi yang besar untuk mendukung pembangunan. Contoh aset sumber daya alam ini adalah lahan pertanian yang subur, bentang alam yang indah, pantai, sungai, dan lain-lain.
3. Aset Fisik/Infrastruktur
Infrastruktur/aset fisik memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Aset fisik ini mencakup segala bentuk infrastruktur seperti fasilitas umum, dan sarana prasarana yang dimiliki dalam suatu komunitas.
Contoh aset fisik ini adalah jalan, jembatan, saluran air, sarana pendidikan, sarana olahraga, pasar, taman, perpustakaan dan fasilitas publik lain. Dengan mengoptimalkan pemanfaatan aset fisik ini, masyarakat dapat merencanakan program-program yang berdampak positif dan berkelanjutan pada kualitas hidup mereka.
4. Aset Sosial Formal dan Informal
Keberadaan lembaga pemerintahan, lembaga pendidikan, kelompok PKK, Kelompok Tani adalah aset sosial formal yang memainkan peran penting dalam menyediakan struktur dan bimbingan bagi masyarakat. Aset ini dapat memfasilitasi dialog dan partisipasi serta berperan sebagai sumber pengetahuan dan dukungan bagi masyarakat.
Sementara, aset sosial informal yang mencakup hubungan antar personal, jaringan tetangga, dan komunitas keagamaan, menyatu dengan keseharian komunitas. Mereka adalah perekat yang menguatkan ikatan sosial, memungkinkan pertukaran informasi, dan memberi dukungan emosional dalam menghadapi tantangan.
Pada dasarnya, aset sosial formal dan informal adalah pilar kunci dalam melahirkan partisipasi dan keterlibatan individu dalam pengembangan masyarakat. Aset-aset ini memberdayakan masyarakat dengan memberi suara kepada mereka dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Dengan memanfaatkan kedua aset sosial ini, komunitas dapat merencanakan dan melaksanakan program dan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan mereka. Dalam hal ini, aset sosial formal menyediakan struktur dan sumber daya, sedangkan aset sosial informal mendorong semangat gotong royong dan kebersamaan. Dengan metode ABCD, kedua aset sosial tersebut disinergikan untuk memberdayakan masyarakat.
Tahapan Metode ABCD
1. Discovery (Menemukan Kekuatan)
Masyarakat seringkali tidak menyadari potensi dan kekuatan yang dimilikinya. Pada tahapan ini, masyarakat didorong untuk menemukan kembali kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri mereka yang selama ini tersimpan atau tidak disadari keberadaannya.
Menemukan kembali kekuatan ini bisa dilakukan dengan berbagi cerita, yakni cerita yang membanggakan, yang menyenangkan, cerita keberhasilan, maupun cerita tentang hal-hal yang pernah dilakukan di masa lalu.
Berbagi cerita tentang keberhasilan dan pengalaman menyenangkan yang pernah terjadi di masa lalu bisa membuat setiap individu saling menghargai satu sama lain. Selain itu cara ini juga dapat mendorong setiap individu saling menghargai beragam kekuatan yang dimiliki setiap individu masyarakat.
Cerita keberhasilan tersebut misalnya pengalaman seorang individu yang pernah berhasil membudidayakan pertanian hingga mendapatkan keuntungan besar, juga cerita seorang pengrajin kayu yang berhasil memasarkan produknya hingga ke luar kota.
2. Dream (Membangun Mimpi)
Tahap kedua adalah membangun mimpi dan harapan pada diri setiap masyarakat. Dalam tahapan ini, ajaklah masyarakat untuk membayangkan mimpi dan keinginannya. Dorong masyarakat untuk tidak takut bermimpi, sebab banyak hal besar terjadi di dunia ini berawal dari mimpi dan harapan.
Setelah itu, mimpi-mimpi tersebut harus diterjemahkan ke dalam sebuah media agar menempel terus di benak masyarakat. Ini bisa dilakukan dengan menuangkan mimpi dan harapan dalam bentuk gambar. Contohnya masyarakat bermimpi memiliki rumah produksi untuk mengolah hasil sumber daya alam yang dimilikinya. Maka carilah gambar-gambar yang berkaitan dengan hal tersebut dan tempel di tempat masyarakat biasa berkumpul.
Secara tidak langsung gambar tersebut akan terus mengingatkan masyarakat pada mimpi-mimpinya sehingga setiap masyarakat melihat gambar tersebut, masyarakat akan terpacu untuk melangkah yang membawa semakin dekat pada mimpi tersebut.
3. Design (Merencanakan Tindakan)
Tahap “desain” dalam Metode ABCD adalah tahapan yang menghubungkan mimpi yang telah dibangun dengan kenyataan. Tahapan design membentuk jembatan yang mengantarkan komunitas dari wacana ke tindakan.
Mimpi-mimpi yang telah dirumuskan oleh komunitas muncul sebagai fondasi bagi perencanaan program yang konkrit dan terukur. Dalam tahap design ini, masyarakat perlu didorong untuk merinci unsur-unsur yang harus ada agar masyarakat bisa mewujudkan mimpi mereka. Desain merupakan momen di mana komunitas bersama-sama mengumpulkan gagasan, visi, dan keahlian, dengan tujuan menghasilkan strategi yang berkelanjutan dan efektif untuk mewujudkan mimpi-mereka.
4. Define (Menggalang Kekuatan)
Ketika masyarakat sudah menemukan mimpi bersama mereka, menerjemahkannya , serta merancang langkah-langkah untuk mewujudkan mimpi tersebut, maka inilah saatnya masyarakat menggalang aset dan kekuatan yang mereka temukan di awal untuk mewujudkan mimpi mereka.
Pada tahapan ini, masyarakat didorong untuk mengidentifikasi dan mendalami potensi yang dimiliki oleh setiap individu, kelompok, atau sumber daya dalam lingkupnya. Sumber daya ini melingkupi aset manusia, sumber daya alam alam, infrastruktur, budaya, dan sosial. Aset dan kekuatan tersebut kemudian diorganisir dan diarahkan menuju pencapaian tujuan bersama.
Dengan menyadari potensi kolektifnya, masyarakat menemukan peluang-peluang baru untuk berkolaborasi, mengembangkan keterampilan baru, dan membentuk hubungan yang lebih erat. Ketika aset-aset yang telah diidentifikasi dan didefinisikan bergabung dalam harmoni, komunitas dapat melihat peluang yang tak terbatas, membuka pintu bagi langkah-langkah baru yang akan membimbing mereka menuju pencapaian mimpi yang sudah dirintis sejak awal.
5. Destiny (Memastikan Pelaksanaan)
Tahap terakhir dalam metode ABCD adalah memastikan bahwa apa yang telah mereka rencanakan dan persiapkan sejak awal benar-benar dilaksanakan. Tahap ini merupakan yang paling krusial sebab keberhasilan dari program ini sangat tergantung dari tahapan ini.
Jika benar-benar masyarakat melaksanakan rencana mereka, maka mimpi yang telah dibangun sejak awal akan dapat terwujud.
Baca Juga: Faktor Kesuksesan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Namun keberhasilan dalam tahapan destiny ini merupakan representasi dari tahapan-tahapan sebelumnya. Kalau masyarakat sudah berhasil menemukan kekuatan dan membicarakannya dalam pola kerja sama, maka sebenarnya mereka sedang mengatasi tantangan yang ada dan dalam jalur yang benar dalam mewujudkan mimpi dan harapan mereka.
Kesimpulan
Asset Based Community Development adalah metode pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada aset dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Berbeda dengan metode lain yang pada umumnya menekankan pada masalah yang dimiliki masyarakat. Metode ABCD berusaha mengorganisir setiap aset dan kekuatan yang ada di masyarakat untuk digunakan dalam meningkatkan taraf hidup seluruh anggota komunitas.
Keberhasilan dari metode ini sangat bergantung pada kemampuan pemberdaya masyarakat yang menjadi fasilitator untuk merangsang masyarakat bergerak, mengungkapkan mimpi-mimpi mereka, merencanakan tindakan, dan mendorong masyarakat untuk bergerak.
Referensi
Afandi, Agus. Asset Based Community Development (ABCD). Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Malang.
Maulana, Mirza. Asset-Based Community Development: Strategi Pengembangan Masyarakat di Desa Wisata Ledok Sambi Kaliurung. (2019). Empower: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. Vol. 4 No. 2