“Kita tidak dapat mengelola apa pun yang tidak kita ukur, dan kita tidak dapat mengukur apa pun tanpa data”
Seperti itulah kira-kira kata yang menggambarkan betapa pentingya data dalam sebuah program Corporate Social Responsibility (CSR). Sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan, program CSR haruslah akuntabel, sistematis, dan dampaknya dapat dipertanggung jawabkan. Semua itu diawali dengan basis data yang kuat.
Apakah itu CSR Berbasis Data?
Program CSR yang memiliki basis penelitian dan data mengacu pada pendekatan yang mengintegrasikan metodologi penelitian dan analisis data untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi inisiatif CSR. Pendekatan ini menekankan pentingnya pengambilan keputusan yang berdasarkan bukti empiris dan informasi yang didukung oleh penelitian yang cermat dan data yang valid.
Baca Juga: ISO 26000 Standar Internasional dan Panduan Implementasi CSR
Dengan menggunakan pendekatan ini, perusahaan dapat mengidentifikasi isu-isu sosial, lingkungan, dan ekonomi yang relevan dengan kegiatan mereka. Dengan identifikasi ini, perusahaan dapat mengembangkan strategi CSR yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Melalui penelitian dan pengumpulan data yang akurat, perusahaan dapat mengetahui kondisi penerima manfaat dan memahami dampak dari program CSR mereka. Selain itu, perusahaan juga dapat memperbaiki kebijakan yang ada, dan mengukur kemajuan mereka secara terukur. Pendekatan berbasis penelitian dan data ini membantu perusahaan untuk membuat keputusan yang lebih baik, mengelola risiko secara efektif, dan membangun reputasi yang kuat di masyarakat.

Data ini penting dalam seluruh tahapan dari tata kelola program CSR. Dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring, hingga evaluasi, terutama dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pada setiap tahapannya. Pengambilan keputusan yang tepat dan akurat dalam setiap tahapan adalah pondasi bagi keberhasilan program CSR.
Yang Akan Terjadi Apabila Program CSR Tidak Berbasis Data
Ketika sebuah program CSR tidak didasarkan pada penelitian dan data, akan terjadi ketidaksesuaian antara tujuan program dengan kebutuhan riil masyarakat atau lingkungan yang dituju. Tanpa data yang kuat, program tersebut dapat menjadi kurang efektif atau bahkan kontraproduktif, dengan potensi masyarakat. Bahkan program dapat menciptakan masalah baru daripada memecahkan yang sudah ada.
1. Alokasi Sumber Daya Tidak Efektif dan Efisien
Tanpa dasar data yang kuat, perusahaan mungkin tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang masalah yang ingin mereka tangani melalui program CSR. Ini bisa menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak efisien dan fokus yang tidak tepat, sehingga dampak yang diharapkan tidak tercapai.
2. Sulit Melakukan Monitoring dan Evaluasi
Tanpa data yang valid, sulit bagi perusahaan untuk memantau dan mengevaluasi dampak program CSR mereka secara objektif. Implikasinya bisa jadi perusahaan tidak dapat mengukur apakah program tersebut benar-benar memberikan manfaat yang diinginkan bagi masyarakat sasaran atau lingkungan.
3. Kurangnya Akuntabilitas
Ketiadaan data yang kuat juga dapat mengakibatkan kurangnya akuntabilitas. Tanpa data yang dapat dipertanggungjawabkan, sulit bagi perusahaan untuk membenarkan keputusan mereka kepada pemangku kepentingan atau masyarakat umum. Ini dapat merusak reputasi perusahaan dan mengurangi kepercayaan stakeholder terhadap upaya CSR mereka.
4. Bersifat Reaktif Daripada Proaktif
Selain itu, tanpa basis data yang kuat, program CSR cenderung bersifat reaktif daripada proaktif. Perusahaan mungkin lebih cenderung merespons tekanan dari luar daripada mengidentifikasi masalah secara proaktif dan merencanakan program yang sesuai.
Kesimpulannya, ketika sebuah program CSR tidak memiliki basis penelitian dan data, risiko kegagalan akan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan setiap inisiatif CSR mereka didasarkan pada pemahaman mendalam tentang masalah yang ingin mereka selesaikan. Dan tentunya didukung oleh data yang relevan dan valid.
Sejak Perencanaan Hingga Evaluasi
Basis data yang kuat harus harus dimiliki oleh perusahaan sejak perencanaan hingga evaluasi. Perlunya basis data yang komprehensif secara end-to-end dimaksudkan agar program dapat relevan dengan kondisi sosial, terukur dan dampaknya dapat dipertanggungjawabkan.
Pemerintah melalui kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) berupaya mendorong perusahaan untuk menerapkan pengelolaan CSR berbasis data. Hal ini dilakukan melalui ajang Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Para peserta PROPER diharuskan untuk melampirkan berbagai dokumen yang memuat data berkaitan dengan pelaksanaan program CSR mereka. Berbagai data tersebut diantaranya:
1. Pemetaan Sosial/Social Mapping
Pemetaan Sosial adalah proses identifikasi karakteristik masyarakat melalui pengumpulan data dan informasi baik sekunder maupun langsung (primer) mengenai kondisi sosial masyarakat dalam satu wilayah tertentu. Kondisi sosial masyarakat tersebut diantaranya jaringan dan relasi sosial dalam suatu entitas masyarakat, potensi, kebutuhan masalah yang tengah dihadapi oleh masyarakat.
Melalui studi Pemetaan Sosial, perusahaan akan mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai lokasi yang hendak dijadikan sebagai objek pengembangan masyarakat. Dengan begitu maka perusahaan akan dapat melaksanakan program CSR nya secara lebih tepat sasaran dan berdampak.
2. Stakeholder Engagement
Stakeholder Engagement (pelibatan pemangku kepentingan) merupakan kumpulan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang secara positif, melibatkan para pemangku kepentingan dalam kegiatan perusahaan.Pemangku kepentingan yang dimaksud merupakan suatu kelompok yang dapat mempengaruhi atau terpengaruh dari aktivitas atau kegiatan perusahaan.
Melalui studi SE, perusahaan perusahaan bisa merancang strategi pelibatan yang tepat dengan para pelaku kepentingan. Penyusunan strategi pelibatan yang tapat tentunya akan menjadi salah satu penentu keberhasilan program CSR.
3. Rapid Environmental Assesment (REA)
Rapid Environmental Assessment (REA) merupakan sebuah alat penilaian untuk memberikan gambaran dan masukan terkait dampak lingkungan yang terjadi selama dan setelah terjadinya bencana. REA digunakan untuk menyurvei kondisi lingkungan selama periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah yang ada dan berisiko muncul, mencakup aspek sumber daya alam, dampak sosial, dan ekonomi.
Informasi yang dikumpulkan melalui REA dapat menjadi bahan untuk mengurangi risiko bencana dan dasar dalam membuat perencanaan dan implementasi program CSR yang berkaitan dengan penanggulangan bencana.
4. Social Return on Investment (SRoI)
Social return on investment (SROI) adalah alat untuk menghitung dan memperkirakan nilai sosial, lingkungan, dan ekonomi dari investasi yang telah dikeluarkan. SROI merupakan pengukuran pengembalian nilai dari program Investasi sosial yang diungkapkan dalam nilai uang (Rp) Pada dasarnya adalah monetisasi hal-hal yang tidak berwujud.
Perkiraan nilai SROI dapat membantu menunjukkan sejauh mana dampak dihasilkan dari investasi yang telah dikeluarkan. Hal ini tentu sangat bermanfaat guna mengidentifikasi apa yang harus diperbaiki dari sebuah program guna mengoptimalkan dampak positif yang dihasilkan dari program tersebut.
5. Indeks Kepuasan Masyrakat (IKM)
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kesuksesan sebuah program CSR. Dengan IKM, perusahaan dapat mengetahui sejauh mana ekspektasi masyarakat terhadap sebuah program telah tercapai. Hasil dari studi IKM dapat menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan program CSR.
6. Social License Index (SLI)
Social Licensi Index (SLI) adalah sebuah desain penelitian yang dapat menggambarkan tingkat persepsi para pihak baik pemerintah, NGOs, masyarakat dan entitas bisnis lainnya terhadap keberadaan aktivitas industri di wilayahnya. Hasil dari SLI sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk menentukan strategi stakeholder engagement yang tepat di dalam dinamika sosial, ekonomi, politik dan lingkungan yang kompleks.
Selain itu, untuk melihat sejauh mana lisensi sosial, digunakan beberapa parameter berupa sejumlah variabel yaitu economic legitimacy, socio-political legitimacy, interactional trust, institutional trust.
Comment