Pemulung, pekerjaan yang sering kali diabaikan oleh banyak orang, ternyata memiliki peran penting dalam mendorong ekonomi sirkular. Pemulung adalah pahlawan tak terlihat yang patut dihormati. Mereka yang mengangkut sampah di jalanan, bahkan yang hanya satu botol atau dua botol, tanpa disadari telah berkontribusi besar dalam mendaur ulang sampah.
Keberadaan pemulung tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah, tetapi juga secara tidak langsung membantu mendukung penerapan sirkular ekonomi di Indonesia. Mereka mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang, mengurangi pencemaran lingkungan. Dengan kontribusi mereka, beban lingkungan akibat sampah dapat berkurang.
Besarnya Jumlah Pemulung di Indonesia
Pemulung adalah orang yang pekerjaannya memungut dan mengumpulkan barang-barang-barang bekas berupa plastik, kertas, kardus, kaleng, pecahan kaca, besi tua dan barang bekas lainnya.
Di Indonesia, jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai pemulung cukup banyak. Berdasarkan data dari Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), saat ini terdapat 3,7 juta orang di 25 provinsi yang bergantung pada sampah plastik dan sampah daur ulang lain untuk mencari nafkah.
Jumlah tersebut belum termasuk sembilan provinsi yang belum didata oleh IPI. Ketua IPI mengatakan, apabila ditambah dengan data sembilan provinsi, jumlahnya bisa mencapai 5 juta orang.
Dianggap Sepele dan Kerap Kali Direndahkan
Namun, sangat disayangkan bahwa banyak orang yang masih menganggap sepele atau bahkan menganggap pemulung sebagai masalah. Bahkan yang lebih parah, banyak di antaranya yang merasa risih dengan keberadaan pemulung dan cenderung untuk menghindari interaksi dengan pemulung. Orang-orang lebih memilih untuk membakar dan memusnahkan sampah-sampah yang notabene masih memiliki nilai untuk didaur ulang, ketimbang menyerahkannya kepada para pemulung.
Padahal, mereka memiliki hak yang sama untuk hidup layak dan sejahtera. Pulungan sampah yang didapatkan setelah seharian berkeliling adalah sumber penghidupan para pemulung. Selain itu, keberadaan mereka juga bisa menjadi salah satu solusi dalam penanganan masalah sampah jika diberi kesempatan dan dukungan yang baik.
Berperan Besar Dalam Proses Daur Ulang Sampah
Jumlah pemulung yang banyak di berbagai wilayah tanpa disadari telah membantu proses daur ulang sampah. Setelah memperoleh sampah-sampah daur ulang, para pemulung biasanya akan memilah sampah terlebih dahulu berdasarkan jenisnya sebelum dijual kepada pengepul. Dari pengepul, sampah-sampah tersebut kemudian akan diserahkan kepada pabrik-pabrik daur ulang untuk dicacah dan diolah menjadi bahan baku berbagai produk daur ulang.

Bahan baku daur ulang yang berupa biji plastik, kertas/karton daur ulang, logam dll. tersebut kemudian diolah kembali oleh perusahaan yang membutuhkan untuk menjadi penyusun berbagai produk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Hingga sekarang, siklus daur ulang sampah ini masih mendominasi dengan peran para pemulung di dalamnya.
Luput dari Perhatian Pembangunan
Besarnya peran yang diberikan oleh para pemulung tersebut nyatanya masih belum dibarengi dengan perhatian serius berbagai pihak terharap kesejahteraan mereka. Banyak pemulung yang masih terperangkap dalam jeratan kemiskinan. Harga barang bekas yang rendah di tangan pengepul serta minimnya keterampilan dan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pemulung adalah beberapa penyebabnya.
Selain itu, program-program yang berasal pemerintah maupun swasta yang menyasar para pemulung masih sangat minim. Padahal masyarakat yang menjalani profesi ini cukup besar dan selalu ada di setiap wilayah.
Pemerintah dan Swasta Perlu Terlibat
Para pelaku bisnis dan pemerintah memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan para pemulung yang telah berkontribusi dalam ekonomi sirkular. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan kebijakan dan program perlindungan sosial yang mendukung keluarga pemulung, termasuk akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan pelatihan keterampilan.
Sektor bisnis juga memiliki kesempatan untuk berkolaborasi dengan pemulung guna meningkatkan harga barang bekas. Perusahaan yang bergerak dalam lini bisnis dengan bahan baku yang dapat digantikan dari sampah daur ulang, dapat mengambil peran ini. Hal ini dapat dilakukan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan pendekatan Creating Shared Value (CSV), di mana perusahaan mengintegrasikan kebutuhan bisnis nya dengan program tanggung jawab sosial.
Baca Juga: Creating Shared Value, Masa Depan Binsnis Berkelanjutan
Dengan program yang berbasis pada CSV ini, perusahaan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan baku yang lebih ramah lingkungan, namun dapat memberikan harga yang lebih adil untuk barang bekas yang telah dikumpulakan oleh para pemulung. Diharapkan kesejahteraan pemulung dapat ditingkatkan, sembari mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kesimpulan
Profesi Pemulung memiliki peran dan potensi besar dalam mendukung ekonomi sirkular di Indonesia. Namun sayangnya profesi ini kerap kali dipandang sebelah mata dan luput dari program-program pembangunan. Sektor bisnis perlu membuka akses dan ruang bagi para pemulung untuk ikut terlibat dalam inisiatif-inisiatif sirkular ekonomi yang lebih luas. Melalui program CSR berbasis pendekatan CSV, perusahaan dapat mengambil peran ini. Pemerintah juga memegang peranan penting untuk menjamin menjadi kesejahteraan sosial dan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan serta dukungan lainnya.