Apa perbedaan CSR dan CSV dalam konsep dan praktik? Mengapa konsep CSR tidak dianggap cukup untuk beradaptasi dengan praktik perusahaan tentang masalah sosial? Benarkah CSV memberikan lebih banyak peluang bagi praktik komersial yang lebih terintegrasi dengan pengembangan berbagai masalah di lingkungan eksternal perusahaan? Bagaimana konsekuensinya terhadap roda bisnis perusahaan? Tim Olahkarsa akan merangkum semua dari beberapa sumber.
Peran dunia bisnis sangat dibutuhkan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Terutama di sektor ekstraktif, yang memiliki tanggung jawab sumber daya yang diproses dari alam. Pemerintah telah mengatur peran ini melalui Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 Pasal 74, ayat (1). Dinyatakan bahwa Perusahaan yang mengarahkan kegiatan komersialnya dengan sumber daya alam harus melakukan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Kemudian, untuk melaksanakan ketentuan sebelumnya, maka ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 pada 2012. Peraturan ini sehubungan dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan Perusahaan yang terbatas.
Seiring dengan waktu, model tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan juga harus memiliki implikasi bagi keberlanjutan perusahaan di masa depan
Perusahaan harus mengintegrasikan kepentingan ekonomi dan melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Maka, Creating Shared Value (CSV) adalah konsep yang mengharuskan perusahaan memainkan peran berganda. Pertama, kita harus menciptakan nilai ekonomi (economic value). Kedua, kita juga memakai nilai sosial (social value) bersama-sama (shared), tanpa ada yang disukai atau dibuang.
Pada tahun 2011 dalam Harvard Business Review, Michael E. Porter and Mark R. Kramer memperkenalkan sebuah konsep baru yang dikembangkan dari CSR, yaitu konsep Creating Shared Value (CSV).
Konsep CSV telah banyak diterapkan oleh perusahaan besar. Jadi, apa itu Creating Shared Value?
CSV berbeda dari CSR, di mana jika CSR lebih fokus pada kepatuhan dengan peraturan yang relevan. Tujuan utamanya untuk meningkatkan reputasi perusahaan. Sedangkan peran CSV adalah integritas yang menyeluruh antara perusahaan dan lingkungan sosialnya untuk investasi yang menjanjikan di masa depan.
Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) termasuk dalam kategori āGood Corporateā. Namun, untuk mencapai hasil yang lebih baik perusahaan harus menjadi āSmart Corporate“. Dengan cara apa? Dengan mengutamakan etika bisnis untuk meningkatkan manfaat sosial, sambil mempertahankan manfaat perusahaannya. Untuk membentuk “Good Corporate” menjadi āSmart Corporationā perlu strategi yang dapat menjalankan kewajiban tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, terkait dengan kepentingan secara ekonomi juga, strategi perusahaan harus membuat perencanaan Creating Shared Value (CSV).
Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa CSR berbicara tentang tanggung jawab, sementara CSV sudah lebih untuk menciptakan nilai-nilai sosial bersama.
Porter dan Kramer (2011) menyebutkan bahwa implementasi CSV berbeda dengan CSR yang umumnya berfokus pada reputasi. Konsep CSV menempatkan masyarakat termasuk pemangku kepentingan (pemasok) sebagai mitra, sesama āsubjekā. Sedangkan konsep CSR cenderung menempatkan pemangku kepentingan sebagai āobjekā.
Menurut Porter dan Kramer, CSV tidak sama dengan CSR. Keduanya mempunyai landasan yang sama yaitu doing well by doing good. Perbedaan utama antara keduanya adalah CSR berbicara tentang responsibility, sedangkan CSV berbicara tentang nilai bersama atau creating value.
Jika pelaksanaan CSV didorong oleh faktor internal dan perusahaan harus bersifat proaktif. Beda lagi dengan perspektif CSR, perusahaan yang responsif yaitu perusahaan yang didorong oleh faktor eksternal. Tujuan utama dari konsep CSV adalah membentuk kapitalisme lanjut dan menjadikan tanggung jawab sosial bukan sebagai beban. Perusahaan menjadikannya sebagai investasi jangka panjang yang menguntungkan bagi perusahaan.
Beberapa perusahaan yang telah berhasil menjalankan konsep CSV
Agar kita mudah memahami perbedaan konsep CSR dan CSV, Tim Olahkarsa memberikan real case dari beberapa perusahaan besar di Indonesia. Mereka adalah:
1. Danone – Aqua di Klaten
Danone – Aqua di Klaten membentuk hubungan saling ketergantungan dengan pemerintah daerah dan masyarakat karena sumber daya yang terbatas. Dari tiga aktor, kehadiran Danone-aqua membantu pemerintah meningkatkan pendapatan regional yang pertama. Kedua, masyarakat akan terbantu oleh penyerapan tenaga kerja dan pendapatan melalui retribusi Aqua. Ketiga, Danone sendiri memiliki kepentingan utama yaitu memperoleh sumber daya air demi keberlangsungan perusahaan. Melalui implementasi konsep CSV yang berfokus pada lingkungan, Danone Aqua mendapatkan social license to operate dari masyarakat sekitar pabrik. Masyarakat sudah percaya akan manfaat positif yang dibawa oleh Danone (Elfajri, 2019).
2. PT Semen Gresik di Rembang
PT Semen Gresik Pabrik Rembang secara tidak disadari telah mengimplementasikan konsep dari CSV. Misalnya adanya program kemitraan dengan 6 BUMDes yang ada disekitar perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui PT yang dimiliki BUMDes dapat mendukung proses operasional pabrik baik secara langsung maupun tidak. Misalnya seperti menyediakan tenaga kebersihan, tenaga keamanan, jasa perawatan taman dan sebagainya. Manfaat yang dapat diperoleh perusahaan adalah secara ekonomis dan sosial karena dapat mengurangi pengangguran. Tenaga kerja diutamakan dari masyarakat sekitar pabrik. Selain itu, adanya kerjasama antara perusahaan dan masyarakat setempat, karena terjalin hubungan yang saling menguntungkan.
3. Badak LNG di Bontang
Pendekatan CSV oleh Badak LNG tidak saja berhasil mengatasi persoalan sosial berupa sulitnya para welder Bontang mencari pekerjaan. Dalam waktu yang sama juga menyelesaikan masalah perusahaan berupa jaminan ketersediaan tenaga welder yang memenuhi standar migas. Dari sisi welder, ada peningkatan kualitas hasil pengelasan (output) yang diperoleh dari kepemilikan sertifikat pekerja migas yang secara signifikan. CSV telah meningkatkan daya tawar para welder di kota Bontang, sehingga mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan bulanan (outcome). Program peningkatan kapasitas para welder Kota Bontang oleh Badak LNG telah mengembangkan kesadaran para welder tentang potensi mereka sendiri (impact). Hal ini ditandai dengan kebutuhan dan keinginan mereka untuk mendirikan Koperasi Welder. Jadi, kapasitas Ikatan Welder Bontang (IWB) semakin meluas dari sisi kelembagaan.
Fitrianti (2017) mengungkapkan bahwa konsep CSV didasari pada ide adanya hubungan interdependen antara bisnis dan kesejahteraan sosial. CSV menekankan adanya peluang untuk membangun keunggulan kompetitif. Konsep ini cenderung memasukan masalah sosial sebagai bahan pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan.
Baca juga:
3 Strategi bagi Perusahaan dalam Menerapkan Creating Shared Value
Investasi Sosial, untuk Masyarakat dan Bisnis yang Berkelanjutan
Apa Itu CSR (Pengertian, Manfaat, Jenis, dan Contohnya)
Latar Belakang Lahirnya Gagasan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dari Konsep CSR ke CSV
Meski demikian, konsep CSV ini pun juga tak sepi dari kritik sebagaimana diungkap oleh Drozdz et al (2015). Menurut Crane et al (2014) CSV tidak orisinil dan tidak sesuai dengan perbedaan antara tujuan sosial dan ekonomi. Sedangkan Mohammed (2013) berpendapat bahwa Create Shared Value (CSV) tidak memiliki kerangka yang pasti untuk bisa menghitung CSV sendiri.
Sebetulnya, Porter dan Kramer (2011) sendiri mengemukakan adanya kelemahan dan kerugian sosial memang menimbulkan biaya internal bagi perusahaan. Namun bukan berarti menangani kelemahan dan kerugian akan serta merta menaikkan biaya dari perusahaan. Untuk itu keduanya mengusulkan agar perusahaan dapat berinovasi melalui penggunaan teknologi baru, metode operasi, dan pendekatan manajemen. Dengan begitu, produktivitas perusahaan akan meningkat dan pada gilirannya akan turut memperluas pasar.
Alih-alih menjadikan sebagai isu yang berseberangan atau berdiri sendiri, perusahaan justru ditantang untuk mengintegrasikan perspektif sosial ke dalam kerangka kerja yang kompetitif dalam pengembangan strategi bisnis. Oleh karena itu, tantangan globalisasi, lingkungan, dan perubahan sosial merupakan peluang untuk menciptakan inovasi.
Jadi, bagaimana? Sudah punya gambaran belum tentang perbedaan CSR dan CSV? Semoga artikel ini bermanfaat.
Bagi kita yang ingin membuat program CSR sebagai strategi bisnis jangka panjang dan ingin mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan informasi tentang CSR, langsung saja menujuĀ Olahkarsa. Karena di Olahkarsa tersedia berbagai produk yang menarik untuk solusi manajemen CSR kita semua sekaligus tersedia kelas pelatihan bagi praktisi CSR yaituĀ CSR School. Jadi ayo segeraĀ upgradeĀ bisnis CSR kita sekarang juga.