Prinsip 3L dalam Triple Bottom Line (TBL) sama pentingnya dengan prinsip 3P yang menjadi fondasi dari segi implementasi. Perlu diketahui jika prinsip 3P yaitu akronim dari profit, people, dan planet yang merujuk pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Untuk itu, Olahkarsa akan mengulas prinsip 3L dalam TBL di bawah ini. Selamat membaca!
Definisi Prinsip 3L dalam Triple Bottom Line (TBL)
Praktik dari konsep Triple Bottom Line (TBL) memiliki beberapa kekurangan dan kendala. Beberapa problematikanya berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya substantif dan teknis, seperti pengukuran yang tidak memiliki standar yang jelas, terlalu naratif-deskriptif, dan dominan dari segi ekonomi.
Konsep utama dari TBL adalah bagaimana menciptakan sustainability yang menjalar kepada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup dari perusahaan. Karena hal ini, perlu ada integrasi dan linearitas dari berbagai variabel dan komponen dalam TBL.
Demi menjaga keutuhan proses integrasi yang berimplikasi terhadap praktik TBL, maka mengimplementasikan prinsip 3L adalah salah satu alternatif. Menurut Venkatraman dan Nayak (2010), prinsip 3L dimanifestasikan sebagai instrumen yang dapat mengikat tali simpul integrasi dari komponen dalam TBL.
Apa Saja Prinsip 3L dalam Triple Bottom Line (TBL)
Upaya menggapai sustainability dengan mengimplementasikan praktik Triple Bottom Line (TBL) dapat ditambal lubang-lubang permasalahannya dengan prinsip 3L, yaitu:
1. Innovation
Pertama, ada innovation atau inovasi yang merupakan substansi fundamental dalam prinsip 3L. Innovation merujuk pada proses pemikiran dan perencanaan ulang dari program TBL. Hal ini penting, karena menjadi tindakan evaluasi konstruktif dari program TBL yang kurang berdampak.
Nantinya, melakukan tindakan innovation akan merestorasi beberapa hal teknis maupun konsep dari program TBL secara menyeluruh. Ada analisis yang komprehensif pada konsep TBL, sehingga program tersebut dapat lebih berdampak positif terhadap sektor sosial dan lingkungan.
2. Integration
Kedua, yaitu proses integration atau integrasi yang merujuk pada tindakan menyelaraskan hal-hal teknis di dalam program TBL. Program TBL pasti mengandung berbagai aspek substansial, seperti aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, perlu ada integrasi yang dilakukan oleh perusahaan antara berbagai aspek-aspek tersebut. Di lain sisi, poin integration ini juga mengacu pada mensinergikan hal-hal taktis di dalam operasional perusahaan. Tujuannya adalah agar di internal perusahaan dapat memiliki satu visi dalam melahirkan program TBL yang akomodatif dan positif.
3. Interdependence
Ketiga, yaitu ada proses interdependence atau interdependensi di dalam perusahaan. Interdependensi adalah saling bergantungnya organisasi-organisasi atau perusahaan untuk antara satu dengan lainnya.
Setelah mengikat berbagai perusahaan atau organisasi tersebut, maka proses tersebut akan diteruskan pada siklus siklus do check out (PDCA). Tujuannya adalah agar praktik TBL dapat berjalan efektif dan optimal dari segi dampak kepada sosial dan lingkungan.
Triple Bottom Line (TBL) sebagai Kegiatan Substantif
Konsep Triple Bottom Line (TBL) sebagai manifestasi dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) oleh perusahaan. Adanya prinsip 3L (innovative, integration, interdependence) menjadi salah satu alternatif untuk menutup berbagai permasalahan yang sering terjadi dalam implementasi TBL dalam CSR.
Baca artikel lain mengenai CSR, CSV, Sustainability, PROPER, Community Development, dan topik lain di sini.